Ilmu Kalam: Makalah Hubungan Antara Ilmu Kalam dengan Tasawuf
Ilmu Kalam maupun Tasawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran. Perbedaannya terletak pada aspek metodologinya. Bagaimana selengkapnya tentang kedua hal ini? Tetaplah bersama kami!
KULIAH
Yogi Triswandani
10/25/20236 min baca
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu kalam adalah disiplin ilmu keislaman yang banyak mengedepankan pembicaraan tentang persoalan-persoalan kalam Tuhan. Jika pembicaraan ilmu kalam yang berkisar pada keyakinan-keyakinan yang harus dipegang oleh umat Islam tanpa argumentasi rasional (aqliyah), ilmu ini lebih spesifik mengambil bentuk sendiri dengan istilah ilmu tauhid atu ilmu aqaid. Pembicaraan materi-materi yang tercakup dalam ilmu kalam terkesan tidak menyentuh dzauq (rasa rohaniah).
Ilmu kalam maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran. Ilmu kalam, dengan metodenya berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan yang berkaitan dengan-Nya. Perbedaannya terletak pada aspek metodologinya. Ilmu kalam menggunakan logika, pada dasarnya ilmu ini menggunakan metode dialektika (dialog keagaman). Sementara itu, ilmu tasawuf adalah ilmu yang menekankan pada rasa dari pada rasio. Sebagian pakar mengatakan bahwa metode ilmu tasawuf adalah intuisi atau ilham atau inspirasi yang datang dari Tuhan. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan menyampaikan tentang hubungan antara Ilmu Kalam dengan Ilmu Tasawuf.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian ilmu kalam dan tasawuf?
2. Bagaimana titik persamaan ilmu kalam dan tasawuf?
3. Bagaimana titik perbedaan ilmu kalam dan tasawuf?
4. Bagaimana hubungan ilmu kalam dan tasawuf?
C. Tujuan Pembuatan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui tentang ilmu kalam dan tasawuf.
Untuk mengetahui titik persamaan ilmu kalam dan tasawuf.
Untuk mengetahui titik perbedaan ilmu kalam dan tasawuf.
Untuk mengertahui hubungan ilmu kalam dan tasawuf.
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Kalam dan Tasawuf
Ilmu kalam biasa disebut dengan beberapa nama, antara lain: Ilmu Ushuluddin, Ilmu Tauhid, Fiqh Al-Akbar, dan Teologi islam (Musthafa Abd ar-Raziq: 1955). Ilmu kalam juga disebut ilmu ushuluddin karena ilmu ini membahas pokok-pokok agama; disebut ilmu tauhid karena ilmu ini membahas ke-Esa-an Allah Swt. Di dalamnya di kaji pula tentang asma’ (nama-nama) dan af’al (perbuatan-perbuatan) Allah yang wajib, mustahil dan ja’iz, serta sifat yang wajib, mustahil, dan ja’iz, bagi Rasul-Nya (Muhamad Abduh, 1965:25). Ilmu Tauhid sendiri sebenarnya membahas ke-Esa-an Allah Swt, dan hal-hal yang berkaitan dengannya, Ilmu kalam sama dengan ilmu tauhid, tetapi argumentasi ilmu kalam lebih dikonsentrasikan pada penguasaan logika.
Arti kata tasawuf dan asal katanya menjadi perdebatan para ahli bahasa. Ada yang mengatakan dari kata “shifa’’ artinya suci, bersih ibarat kilat kaca. Sebagian ulama mengatakan dari kata“shuff”, artinya bulu domba sebab orang yang memasuki tasawuf itu memakai baju dari bulu domba, dan sebagian yang mengatakan diambil dari kata “shuffah”, ialah sekelompok sahabat nabi yang mengasingkan dirinya di suatu tempat terpencil di samping masjid Nabi SAW. Dan menurut Ibnu Khaldum ia mendefenisikan tasawuf adalah semacam ilmu syariat yang timbul didalam agama, asalnya adalah tekun ibadah dan memutuskan hubungan dengan segala sesuatu selain Allah, hanya menghadap Allah semata. Menolak hiasan-hiasan ,serta membenci perkara-perkara yang menipu orang banyak, kelezatan harta benda, kemegahan, dan menyendiri menuju jalan tuhan dalam khalwat dan ibadah ( Moh. Toriquddin, UIN Malang Press: 15-16 ).
B. Titik Persamaan Ilmu Kalam dan Tasawuf
Ilmu kalam dan tasawuf mempunyai kemiripan objek kajian. Objek kajian ilmu kalam adalah ke-Tuhan-an dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya, sementara itu objek kajian tasawuf adalah Tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan terhadap-Nya (Mustofa Abdul Raziq, 1995: 266). Jadi, dilihat dari aspek objeknya kedua ilmu itu membahas masalah yang berkaitan dengan ke-Tuhan-an.
Argumentasi ilmu kalam di bangun di atas dasar logika. Oleh karena itu, hasil kajiannya bersifat spekulatif (dugaan yang tak dapat di buktikan secara empiris, riset, dan eksperimental) (Endang Saifudin Anshari, 1990:174). Kerelatifan hasil karya logika itu menyebabkan beragamnya kebenaran yang dihasilkan.
Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan dan yang berkaitan dengannya. Sementara itu tasawuf juga dengan metodenya yang tifikal berusaha menghampiri kebenaran yang berkaitan dengan perjalanan menuju Tuhan (Abdul Roziq, 1995: 43).
C. Titik Perbedaan Ilmu Kalam dan Tasawuf
Perbedaan diantara kedua ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya. Ilmu kalam sebagai ilmu yang menggunakan logika disamping argumentasi-argumentasi naqliyah, berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama, yang sangat tampak apologinya. Pada dasarnya ilmu ini menggunakan metode dialektika (jadaliyah) dikenal juga dengan istilah dialog keagamaan, ilmu kalam berisi keyakinan-keyakinan kebenaran agama yang dipertahankan melalui argumen-argemen rasional. Sebagian ilmuwan bahkan mengatakan bahwa ilmu ini berisi keyakinan-keyakinan kebenaran, praktek dan pelaksanaan ajaran agama, serta pengalaman keagamaan yang dijelaskan dengan pendekatan rasional.
Adapun ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa dari pada rasio. Oleh sebab itu, ilmu kalam dan tasawuf sangat distingtif. Sebagai sebuah ilmu yang prosesnya diperoleh dari rasa, ilmu tasawuf bersifat sangat subjektif, yakni sangat berkaitan dengan pengalaman seseoarang. Itulah sebabnya, bahasa tasawuf sering tanpak aneh bila dilihat dari aspek rasio. Hal ini karena pengalaman rasa sangat sulit dibahasakan. Pengalaman rasa lebih mudah dirasakan langsung oleh orang yang ingin memproleh kebenarannya dan mudah digambarkan dengan bahasa lambang, sehingga sangat interpretable (dapat diinterpretasikan bermacam-macam).
Sebagian orang memandang bahwa kedua ilmu itu memiliki jenjang tertentu. Jenjang pertama adalah ilmu kalam, kemudian filsafat dan yang terakhir adalah ilmu tasawuf. Oleh sebab itu, merupakan suatu kekeliruan apabila dialektika kefilsafatan atau tasawuf teoretis diperkenalkan kepada masyarakat awam karena akan berdampak pada terjadinya rational jumping (lompatan pemikiran) (Abdul Raziq, 1955: 40-43).
D. Hubungan Ilmu Kalam dengan Tasawuf
Ilmu kalam merupakan disiplin ilmu ke-Islam-an yang banyak mengedepankan pembicaraan tentang persoalan-persoalan kalam Tuhan. Persoalan kalam ini biasanya mengarah pada perbincangan yang mendalam dengan dasar-dasar argumentasi, baik rasional (aqliyah) maupun naqliyah. Argumentasi rasional yang dimaksudkan adalah landasan pemahaman yang cenderung menggunakan metode berfikir filosopis. Adapun argumentasi naqliyah biasanya bertendensi pada argumentasi dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadis. Ilmu kalam sering menempatkan diri pada kedua pendekatan ini (aqli dan naqli), tetapi dengan metode argumentasi yang dialektik.
Pembicaraan materi-materi yang tercakup dalam ilmu kalam terkesan tidak menyentuh dzauq (rasa rohaniah). Sebagai contoh ilmu tauhid menerangkan bahwa Allah bersifat sama’(mendengar), bashar (melihat), kalam (berbicara), iradah (berkemauan), qudrah (kuasa), hayat (hidup), dan sebagainya. Ketika membaca Al-Qur’an bagaimana seseorang merasa bahwa segala sesuatu yang tercipta merupakan pengaruh dari qudrah (kekuasaan) Allah SWT.
Pada ilmu kalam ditemukan pembahasan iman dan definisinya, kekufuran dan manifestasinya, serta kemunafikan dan batasannya. Sementara pada ilmu tasawuf ditemukan pembahasan jalan atau metode praktis untuk merasakan keyakinan dan ketentraman, seperti dijelaskan juga tentang menyelamatkan diri dari kemunafikan.
Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman kalam. Penghayatan yang mendalam melalui hati (dzauq dan wijdan) tehadap ilmu tauhid atau ilmu kalam menjadikan ilmu tasawuf lebih terhayati atau teraplikasikan dalam perilaku. Dengan demikian, ilmu tasawuf merupakan penyempurna ilmu tauhid jika dilihat dari sudut pandang bahwa ilmu tasawuf merupakan sisi terapan rohaniah dari ilmu tauhid.
Ilmu kalam berfungsi sebagai pengendali ilmu tasawuf. Oleh karena itu, jika timbul suatu aliran yang bertentangan dengan aqidah, atau lahir suatu kepercayaan baru yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunah, hal itu merupakan penyimpangan atau penyelewengan. Selain itu, ilmu tasawuf juga berfungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan kalam. Sebagaimana disebutkan bahwa ilmu kalam dalam dunia islam cenderung menjadi sebuah ilmu yang mengandung muatan rasional dan muatan aqliyah. Jika tidak diimbangi oleh kesadaran rohaniah , ilmu kalam dapat bergerak ke arah yang lebih liberal dan bebas.
Hubungan ilmu tasawuf dan ilmu tauhid dalam buku yang berjudul Asma Al-Husna , Al-Ghazali menjelaskan dengan baik mengenai persoalan tauhid kepada Allah SWT, terutama berkenaan dengan nama-nama Allah SWT yang merupakan materi pokok ilmu tauhid. Nama Tuhan Ar-Rahman dan Al-Rahim, pada aplikasi rohaniahnya merupakan sebuah sifat yang harus diteladani. Jika sifat Ar-Rahman diaplikasikan, seseorang akan memandang orang yang durhaka dengan kelembutan bukan kekasaran, melihat orang dengan mata rahim, bukan dengan mata yang menghina, bahkan ia mencurahkan ke-rahim-annya kepada orang yang durhaka agar orang tersebut dapat diselamatkan (Rosihon Anwar dan Mukhtar Solihin, 2004: 88-89). Dengan ilmu tasawuf, semua persoalan yang berada dalam kajian ilmu tauhid terasa lebih bermakna , tidak kaku, bahkan akan lebih dinamis dan aplikatif.
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu kalam adalah ilmu yang membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan keagamaan dengan bukti-bukti yang meyakinkan. Sementara tasawuf adalah suci, atau keadaan yang selalu berorientasi kepada kesucian jiwa, mengutamakan panggilan Allah, berpola hidup sederhana, mengutamakan kebenaran, dan rela berkorban demi tujuan-tujuan yang lebih mulia disisi Allah.
Ilmu kalam dan tasawuf mempunyai kemiripan objek kajian. Objek kajian ilmu kalam adalah ke-Tuhan-an dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya. Objek kajian tasawuf adalah Tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan terhadap-Nya. Jadi, dilihat dari aspek objeknya, kedua ilmu itu membahas masalah yang berkaitan dengan ke-Tuhan-an. Perbedaan diantara kedua ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya. Ilmu kalam, sebagai ilmu yang menggunakan logika dan menggunakan metode dialektika (jadaliyah) yang di kenal juga dengan dialog keagamaan. Adapun ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa dari pada rasio. Metode yang digunakan menurut sebagian pakar adalah intuisi, atau ilham, atau inspirasi yang datang dari Tuhan. Ilmu kalam berfungsi sebagai pengendali ilmu tasawuf, selain itu ilmu tasawuf juga mempunyai fungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan-perdebatan kalam.
B. Saran
Ilmu kalam dan tasawuf adalah ilmu pokok dalam ajaran Islam. Bagi seorang muslim, mencari ilmu adalah kewajiban. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus Islam harus bisa memanfaatkan waktu dan kesempatan dengan sebaik-baiknya untuk mengetahui dan memahami tentang ilmu kalam dan ilmu tasawuf dengan segala aspek yang berkaitan dengannya, agar lebih tepat dan benar dalam melaksanakan ajaran Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Hadi Almajaly. “Makalah Tentang Hubungan Ilmu Kalam, Tasawuf, dan Filsafat” Diakses pada Senin 23 Oktober 2023 dari https://hadialmajaly.wordpress.com/2016/08/25/makalah-tentang-hubungan-ilmu-kalam-tasawuf-dan-filsafat/
Saran kami apabila akan digunakan untuk kepentigan karya ilmiah Anda, jadikan artikel ini sebagai referensi saja. Jangan sepenuhnya menyalin tanpa dipelajari terlebih dahulu. Lakukan beberapa perubahan di dalamnya seperti; perbaikan kekeliruan pada huruf, periksa kembali konten dan perbaiki apabila ada yang tidak sesuai dengan kaidahnya, sempurnakan konten pada karya Anda dengan menggabung beberapa sumber lain yang terkait.
Semoga bermanfaat dan menjadi berkah.