Ilmu Al-Qur'an: Jurnal Amtsal Al-Qur'an sebagai Salahsatu Metode Pembelajaran Al-Qur'an dalam Pendidikan Agama Islam
Amsal Al-Qur’an merupakan penyampaian gagasan-gagasan dengan bahasa yang padat dan indah, menghadirkan sesuatu yang abstrak seolah-olah dapat diindrakan oleh manusia, yang semula sulit dipahami dan dibayangkan menjadi hal yang mudah dicerna dan menjadi kongkrit. Selengkapnya, tetaplah bersama situs web kami!
KULIAH
Yogi Triswandani
12/9/20238 min baca
AMTSAL AL-QUR’AN SEBAGAI SALAHSATU METODE PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Yogi Triswandani
www.mudaaris.com
ABSTRAK
Amsal Al-Qur’an merupakan penyampaian gagasan-gagasan dengan bahasa yang padat dan indah, menghadirkan sesuatu yang abstrak seolah-olah dapat diindrakan oleh manusia, yang semula sulit dipahami dan dibayangkan menjadi hal yang mudah dicerna dan menjadi kongkrit. Dengan menggunakan perumpamaan yang konkrit tersebut, para pendengar dan pembaca akan merasakan seolah-olah pesan yang disampaikan terlihat langsung. Dengan metode visual Amtsal Al-Qur’an, penyampaian materi pendidikan akan lebih berkesan, lebih berpengaruh kepada jiwa dan juga lebih merasuk ke dalam relung hati sanubari.Proses pendidikan yang menggunakan metode perumpamaan dimaksudkan untuk membentuk berbagai premis, dan diharapakan peserta didik mampu untuk merumuskan istinbathnya secara logis. Amtsal Al-Qur’an memiliki peranan yang sangat besar dalam dunia pendidikan, karena ruh pendidikan itu sendiri sejalan dengan maksud ditampilkan Amtsal Al-Qur’an tersebut.
Kata Kunci: Amtsal, metode pembelajaran, Al-Qur’an
PENDAHULUAN
Al-Qur’an dalam menyampaikan pesan-pesanya kepada manusia menggunakan gaya yang beraneka ragam. Hal ini dimaksudkan agar petunjuk dan bimbingannya dapat dengan mudah diterima, tidak membuat jenuh, dan bisa merasuk ke dalam lubuk hati sanubari manusia. Di antara keunikan Al-Qur’an dalam menyampaikan pesan-pesan kehidupan ialah metode penyampaian pesan yang singkat, mudah, dan jelas untuk dipahami. Salah satu metode tersebut adalah melalui ungkapan amtsal (perumpamaan).
Amtsal merupakan salah satu gaya bahasa Al-Qur’an dalam menyampaikan pesan-pesannya, menggugah manusia agar selalu menggunakan akal pikiranya secara jernih dan tepat. Berdasarkan pemikiran tersebut, ada sebagian ulama berusaha memfokuskan perhatiannya berusaha mengkaji gaya bahasa dan susunan Al-Qur’an dalam bentuk amtsal serta mencari rahasia dibalik ungkapan itu.
Amtsal dalam Al-Qur’an merupakan visualisasi abstrak yang dituangkan dalam berbagai ragam kalimat dengan cara menganalogikan sesuatu dengan hal yang serupa dan sebanding, Amsal Al-Qur’an merupakan penyampaian gagasan-gagasan dengan bahasa yang padat dan indah, menghadirkan sesuatu yang abstrak seolah-olah dapat diindrakan oleh manusia, yang semula sulit dipahami dan dibayangkan menjadi hal yang mudah dicerna dan menjadi kongkrit. Hal ini kemudian menjadi pelajaran besar bagi orang yang mau mengkajinya. Para pendidik di kalangan Pendidikan Islam bisa menjadikan Amtsal Al-Qur’an sebagai contoh yang sangat berharga dalam dunia pendidikan baik dari segi tujuan, materi, metode, maupun media yang digunakan.
Untuk dapat memahami Amtsal Al-Qur’an secara baik dan benar, maka diperlukan pemikiran yang cermat dan mendalam serta harus ditopang dengan penguasaan ilmu Balaghah. Nilai sastra yang tertuang di dalam untaian bahasa Al-Qur’an yang berupa amtsal adalah merupakan salah satu kemukjizatan dari sekian banyak segi kemukjizatan Al-Qur’an. Oleh karena itu nilai kegunaan sastra Al-Qur’an tidak dapat ditandingi oleh siapapun dan kapanpun juga, karena memang Al-Qur’an bukan produk insani.[1]
Menurut Ahmad Amin, pada dasarnya membuat perumpamaan-perumpamaan berupa ungkapan-ungkapan singkat dan padat dalam memberikan wejangan nasihat –sebagai hasil perenungan yang cermat–adalah merupakan tradisi orang-orang Arab pra Islam.[2] Dari hasil kajian dan penelitian para ulama terhadap Amtsal Al-Qur’an tersebut telah melahirkan suatu disiplin ilmu yang disebut dengan Ilmu Amtsal Al-Qur’an, yang merupakan bagian dari ilmu-ilmu Al-Qur’an. Tulisan ini mencoba mengupas sebahagian persoalan yang berkaitan dengan bahasan tersebut yaitu pengertian Amtsal Al-Qur’an dan peranannya dalam pendidikan.
PEMBAHASAN
1. Pengertian Amtsal Al-Qur’an
Kata amtsal adalah bentuk jama’ dari kata mitsal. Bentuk kata tersebut diungkapkan dalam Al-Qur’an sebanyak sembilan belas kali dalam berbagai ayat dan surat.[3] Sedangkan bentuk-bentuk lain diungkapkan sebanyak 146 kali dalam berbagai ayat dan surat.[4] Secara etimologi, kata matsal, mitsal, dan matsil berarti sama dengan syabah, syibah, dan syabih. Kata matsal juga dipergunakan untuk menunjukan arti keadaan, sifat, dan kisah yang mengagumkan.[5]
Sementara itu, batasan pengertian Amtsal Al-Qur’an secara terminologi sebagaimana dikemukakan para ahli antara lain sebagai berikut:
a. Menurut Ibn Al Qayyim, amtsal adalah menyerupakan dengan sesuatu yang lain dalam hal hukumnya, dan mendekatkan sesuatu yang bersifat abstrak dengan yang bersifat indrawi atau mendekatkan salah satu dari dua yang kongkrit atas yang lainya dan menganggap yang satu sebagai yang lain.[6]
b. Al Suyuthi mendefinisikan, amtsal adalah mendeskripsikan makna dengan gambaran yang kongkrit karena lebih mengesankan di hati, seperti menyerupakan yang samar dengan yang nampak, yang gaib dengan yang hadir.[7]
c. Sedangkan Manna’ al Qaththan mengatakan, amtsal adalah menonjolkan makna dalam bentuk yang menarik dan padat serta mempunyai pengaruh yang dalam terhadap jiwa, baik berupa tasybih maupun dalam bentuk kalimat-kalimat bebas.[8]
Berdasarkan definisi-definisi yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik suatu pengertian bahwa Amtsal Al-Qur’an adalah membuat perumpamaan-perumpamaan mengenai keadaan sesuatu dengan sesuatu yang lainya baik dengan menggunakan kalimat metaforis (isti’arah), dengan cara anthrofomorphism (tasybih) atau dengan cara lainya. Dengan demikian, jika diperhatikan secara seksama, bahwasannya perumpamaan-perumpamaan di dalam Al-Qur’an menggunakan bentuk yang beragam, yang kira-kira denganya dapat diperoleh pelajaran dan nasihat serta dapat ditangkap dan dipahami oleh akal sehat, sekalipun yang berkaitan dengan masalah metafisika, seperti gambaran keindahan syurga, sikap orang-orang kafir dalam menghadapi petunjuk, dan lain-lain.[9]
Selain itu juga, ketika Allah membuat perumpamaan-perumpamaan di dalam Al-Qur’an bagi manusia, kadang-kadang menggunakan bentuk jama’ (amtsal) dan kadang-kadang menggunakan bentuk mufrad (matsal) dalam beberapa ayat dan surat. Kedua bentuk tersebut kadang-kadang pula digunakan secara bersamaan dalam satu ayat, yang tujuanya untuk menampilkan hal ihwal kebenaran atau menunjukan betapa pentingnya pesan yang terkandung di dalamnya.[10] Disamping itu juga matsal digunakan untuk menjelaskan hal-hal yang sangat mendasar dan bersifat abstrak. Cara seperti ini dapat ditemukan, misalnya, ketika al Qur’an menjelaskan ke-Esa-an Allah dan orang-orang yang meng-Esakan Allah, tentang kemusyrikan dan orang-orang musyrik, serta tentang perbuatan-perbuatan mulia. Masalah-masalah tersebut diungkapkan melalui perumpamaan yang bersifat konkrit (hissi) yang dimaksudkan untuk menjelaskan dan menegaskan makna pesan yang terkandung di dalamnya. Dengan menggunakan perumpamaan yang konkrit tersebut, para pendengar dan pembaca akan merasakan seolah-olah pesan yang disampaikan terlihat langsung.
2. Peranan Amtsal Al-Qur’an dalam Pendidikan
Dalam konteks sastra, matsal adalah ungkapan yang disampaikan dengan maksud menyerupakan keadaan yang terdapat dalam suatu ucapan dengan keadaan yang karenanya perkataan itu diungkapkan. Sehingga matsal sering digunakan untuk menunjuk kualitas hasil, yang diharapkan dapat diambil pelajaran bagi pendengarnya.[11]
Dalam dunia pendidikan Islam, amtsal yan ditampilkan Al-Qur’an sering digunakan sebagai salah satu metode pendekatan yang efektif dalam proses belajar mengajar.[12] Metode pendekatan ini digunakan untuk memperjelas sasaran utama maksud dan tujuan pembicara dalam menyampaikan materi pendidikan.[13] Hal ini mengandung makna komunikasi. Komunikasi tersebut tidak dapat berlangsung dalam ruang hampa, melainkan dalam suasana mengandung tujuan, juga harus diusahakan pencapaianya.[14]
Amtsal Al-Qur’an selain berisikan nasihat, peringatan dan menjelaskan konsep-konsep abstrak dengan makna-makna yang kongkrit untuk dipahami dan direnungkan oleh manusia, dalam dunia pendidikan ia merupakan jembatan berpikir dari yang kongkrit ke alam ide yang bersifat abstrak. Dengan Amtsal Al-Qur’an itu, manusia diajak berpikir dan merenung tentang sesuatu yan berada diluar dirinya bahkan kadang-kadang di luar alam kongkrit agar dapat difungsikan sebagai media pendidikan, yang pada akhirnya diharapkan dapat ditransformasikan kepada anak didik. Dengan metode visual Amtsal Al-Qur’an, penyampaian materi pendidikan akan lebih berkesan, lebih berpengaruh kepada jiwa dan juga lebih merasuk ke dalam relung hati sanubari.
Keberadaan dan atau peranan Amtsal Al-Qur’an terhadap penafsiran dan dalam dunia pendidikan cukup jelas dan mudah dipahami. Artinya, bahwa para pendidik dan anak didik sangat mebutuhkanya, sebab disamping memberikan informasi kepada penerimanya mengenai sesuatu yang belum pernah diketahuinya, juga dapat membantu memahmi apa yang dirasa masih musykil (sulit) diterima oleh keterbatasan akal manusia.
Dari berbagai modelnya, ada beberapa faktor yang dikehendaki matsal dalam pendidikan, diantaranya:
1) Untuk mengkonkritkan bentuk empirik agar mudah diterima indera, karena sesuatu yang abstrak sulit ditanamkan dalam benak manusia. Hal ini dapat dilihat seperti dalam surat Al Baqarah ayat 264.
2) Untuk menghadirkan sesuatu yang ghaib, sehingga seolah-olah hadir. Hal ini dapat dilihat seperti dalam surat Al Baqarah ayat 275.
3) Untuk mendorong orang yang memberi mau’idhah agar bertindak sebagai uswatun hasanah. Hal ini dapat dilihat seperti dalam surat Al Baqarah ayat 261.
4) Untuk memuji orang tetapi orang yang dipuji tidak merasa berbangga diri. Hal ini dapat dilihat seperti dalam surat al Fath ayat 29.
5) Untuk menunjuk suatu kejahatan agar ditinggalkan. Hal ini dapat dilihat seperti dalam surat al A’raf ayat 176.
6) Untuk memberikan nasihat yang mudah diresapi dan diterima.[15] Hal ini dapat dilihat seperti dalam surat Az Zumar ayat 27.
Berdasarkan penjelasan beberapa faktor di atas, dapat dideskripsikan bahwa proses pendidikan yang menggunakan metode perumpamaan dimaksudkan untuk membentuk berbagai premis, dan diharapakan peserta didik mampu untuk merumuskan istinbathnya secara logis. Sehingga dari matsal yang disampaikan tersebut peserta didik mampu mengambil hikmahnya secara jernih dan seterusnya dapat diamalkan dalam kehidupan riilnya.
SIMPULAN
Amtsal memiliki pengaruh pada jiwa dalam memberikan nasihat dan peringatan. Amtsal al-Qur’an sangat peting untuk diketahui, dipelajari, dan dipahami secara mendalam, sebagai bentuk penghargaan yang tinggi terhadap akal manusia, untuk meyingkap hakikat yang tidak nampak, dapat menyimpulkan makna yang indah dan padat dalam bentuk yang menarik, memberikan dorongan kepada manusia untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kepentingan dan keinginanya, menghindarkan manusia dari hal-hal yang tidak disenanginya, dan denganya dapat diketahui sifat-sifat buruk yang harus dihindari.
Amtsal Al-Qur’an memiliki peranan yang sangat besar dalam dunia pendidikan, karena ruh pendidikan itu sendiri sejalan dengan maksud ditampilkan Amtsal Al-Qur’an tersebut, yaitu selain sebagai nasihat dan peringatan bagi manusia, juga dapat membantu mempercepat proses pemahaman yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Disamping itu, proses penyampaian suatu informasi dalam kegiatan belajar mengajar, akan lebih menarik dan efisien jika dituangkan dalam sebuah cerita dan ungkapan indah, yang salah satu metodenya dengan menggunakan tamtsil.
REFERENSI
Al Qaththan, Manna’. 1973. Mabahits fi Ulum al Qur’an. Beirut: al Syirkah al Mutthahidah li al Tauzi.
Al Qayyim, Ibn. 1993. A’lan al Munaqqi’in, j.i,. Beirut : Dar al Kutub al Ilaiyah.
Al Suyuthiy, Jalaluddin. Gunawan. t.t. al Itqan fi Ulum al Qur’an, j.ii.. Beirut : Dar al Fikr.
Al-Mizan, Tim. 2011. Al-‘Alim: Al-Qur’an dan Terjemahannya, Edisi Ilmu Pengetahuan. Bandung: Al-Mizan Publishing House.
Amin, Ahmad. 1975. Fajrul Islam. Kairo: Maktabah al Nahdhah al Mishriyah.
H.M. Arifin. 1991. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Angkasa.
Ismail, Muhammad Bakar. 1991. Dirasat fi Ulum al Qur’an, Kairo: Dar al Manar.
Muhammad Fu’ad, Abd. Baqi. t.t. al Mu’jam al Mufahras Li al Fazh al Qur’an al. Kairo: Dar al Kutub.
Munir,Ahmad. 2008. Tafsir Tarbawi Mengungkap Pesan Al Qur’an tentang Pendidikan. Yogyakarta: Teras.
Shalih, Shubhi. 1972. Mabahits fi Ulum al Qur’an. Beirut: Dar al Ilmi Li al Milayin.
Syihab, Umar. 1990. Al Qur’an dan Rekayasa Sosial. Jakarta: Pustaka Kartini.
Van Denfer, Ahmad. 1988. Pengenalan Ilmu-ilmu al Qur’an, terj. Nashir Budiman, Jakarta: Rajawali Press.
[1] Shalih, Shubhi, Mabahits fi Ulum al Qur’an, Beirut, Dar al Ilmi Li al Milayin, 1972, hal. 313.
[2] Amin, Ahmad,Fajrul Islam, Kairo, Maktabah al Nahdhah al Mishriyah, 1975, hal. 60.
[3] Lihat. Q.S. 6: 38, 16 – 7: 194 – 13: 17 – 14: 25, 45 – 16: 74 – 17: 48 – 24: 35 – 25: 9, 39 – 29: 43 – 47: 3, 10, 38 – 56: 23, 61 – 59: 21 – 76: 26.
[4] Muhammad Fu’ad Abd. Baqi, al Mu’jam al Mufahras Li al Fazh al Qur’an al Karim, (Kairo : Dar al Kutub, t.t.)
[5] Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi Mengungkap Pesan Al Qur’an tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2008), hal. 140
[6] Ibn Al Qayyim, A’lan al Munaqqi’in, j.i, (Beirut : Dar al Kutub al Ilaiyah, 1993), hal. 116
[7] Jalaluddin al Suyuthiy, al Itqan fi Ulum al Qur’an, j.ii., (Beirut : Dar al Fikr, t.t.), hal. 131
[8] Manna’ al Qaththan, Mabahits fi Ulum al Qur’an, (Beirut : al Syirkah al Mutthahidah li al Tauzi, 1973), hal. 283
[9] Muhammad Bakar Ismail, Dirasat fi Ulum al Qur’an, (Kairo : Dar al Manar, 1991), hal. 344
[10] Ahmad Van Denfer, Pengenalan Ilmu-ilmu al Qur’an, terj. Nashir Budiman, (Jakarta: Rajawali Press, 1988), hal. 84
[11] Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi Mengungkap Pesan Al Qur’an tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2008), hal. 141
[12] H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Angkasa, 1991), hal.77
[13] Manna Al Qaththan,Op. Cit., hal.289
[14] Umar Syihab, Al Qur’an dan Rekayasa Sosial, (Jakarta : Pustaka Kartini, 1990), hal.56
[15] Ahmad Munir Op. Cit. hal. 145-147
Saran kami apabila akan digunakan untuk kepentigan karya ilmiah Anda, jadikan artikel ini sebagai referensi saja. Jangan sepenuhnya menyalin tanpa dipelajari terlebih dahulu. Lakukan beberapa perubahan di dalamnya seperti; perbaikan kekeliruan pada huruf, periksa kembali konten dan perbaiki apabila ada yang tidak sesuai dengan kaidahnya, sempurnakan konten pada karya Anda dengan menggabung beberapa sumber lain yang terkait.
Semoga bermanfaat dan menjadi berkah.