Dirgahayu RI ke-79: Istighatsah dan Tabligh Akbar untuk Mensyukuri Kemerdekaan
Istighatsah dan Tabligh Akbar menjadi penutup dari serangkaian acara perayaan HUT RI ke-79 di Lingkungan Pamongkoran Kota Banjar Jawa Barat yang diselenggarakan oleh Karang Taruna Dusun Priagung RW.03 Desa Binangun bekerjasama dengan para donatur dan warga sekitar.
Yogi Triswandani
8/19/20242 min read


Perayaan HUT RI di lingkungan tempat tinggal saya kali ini agak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Jika sebelumnya serangkaian acara yang biasa diselenggarakan oleh Karang Taruna bersama masyarakat sekitar hanya diisi dengan berbagai acara hiburan saja, kali ini rangkaian acara ditutup dengan tasyakur melalui acara Istighatsah dan Tabligh Akbar. Pada acara ini saya ikut berpartisipasi langsung bahkan menjadi moderator.
Memaknai kemerdekaan, selaku warga lingkungan, saya tidak mempermasalahkan hiburan apapun yang diacarakan dalam HUT RI khususnya di lingkungan sendiri. Selama masih ada manfaat dan tidak menimbulkan banyak madarat, silakan saja hal itu diacarakan. Kendati demikian, tetap menjadi hal yang sewajarnya bila kita mensyukuri kemerdekaan negara ini dengan cara yang lebih pantas sejalan dengan apa yang dicita-citakan oleh para proklamator dahulu. Sebagaimana disebutkan dalam Pembukaan UUD 1945 bahwa kemerdekaan kehidupan kebangsaan Indonesia itu didasari atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, maka seyogianya perlu memahami makna kemerdekaan yang dimaksud.
Bukan kabar tersembunyi lagi jika kodisi kepemerintahan di tingkat pusat khususnya, seiring dengan pergolakan goepolitik bertepatan dengan momentum Dirgahayu RI ke-79 ini yang kian banyak menuai kecaman dari berbagai elemen masyarakat Indonesia, tentu perlu kita sadari dan waspadai dalam hal apa Rahmat Allah itu akan datang dan keinginan luhur itu bisa tercapai.
Saya mohon izin sedikit mengungkap telaahan pribadi atas kondisi negeri ini. Kemerdekaan Indonesia berdasarkan cerita sejarahnya tidak terlepas diwarnai banyak konflik sedari pra maupun sampai pascanya. Begitu memasuki masa kepemerintahan, dengan pergantian periode-periode kepemimpinan dari kepemerintahan yang pertama hingga masa kini, saya kira polanya tidak banyak berubah. Awal kepemerintahannya yang begitu disanjung dipuja namun pada akhirnya harus dihempas cercaan hingga upaya penggulingan kekuasaan. Begitu dan terus begitu dari Presiden pertama hingga yang sekarang. Berbagai macam perubahan kebijakan hasil reformasi atau banyak juga diwarnai rekayasa seolah belum mampu menghadirkan Rahmat Allah ke hadapan bangsa dan belum bisa memuaskan keinginan luhur rakyat Indonesia.
Ada apa gerangan? Mungkinkah hal ini terjadi karena ada ketentuan-ketentuan Tuhan Yang Maha Kuasa yang masih atau bahkan selalu kita abaikan? Apakah ambisi dan fanatisme berlebih yang mungkin mendominasi upaya pencapaian cita-cita luhur bangsa? Adakah suatu sistem yang sekiranya lebih layak dan memungkinkan supaya hadirnya Rahmat Allah untuk bangsa dan negara Indonesia? Melalui acara tasyakur Istighatsah dan Tabligh Akbar ini kiranya menjadi wasilah introspeksi diri kita supaya lebih baik, bermanfaat, dan berkah.