Akhlak Tasawuf: Tanya Jawab Seputar Pembentukan Akhlak
Beberapa pertanyaan berikut jawabannya yang berkaitan dengan pembentukan akhlak baik maupun akhlak buruk. Simak dan tetaplah bersama situs web kami!
TANYA JAWAB
Yogi Triswandani
4/6/20244 min baca
Faktor lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan akhlak seseorang. Namun di sisi lain, faktor diri sendiri juga sangat berpengaruh. Menurut anda, faktor apakah (lingkungan atau diri sendiri) yang paling berpengaruh dalam pembentukan akhlak seseorang? Kemukakan alasan anda!
Faktor diri sendiri yang menurut saya paling berpengaruh dalam pembentukan akhlak seseorang.
Alasannya, saya merujuk kepada Firman Allah QS. Ar-Ra’d 13:11
اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka”.
Selaras dengan Firman Allah QS. Al-Isra’ 17:84
قُلْ كُلٌّ يَّعْمَلُ عَلٰى شَاكِلَتِهۗ
“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaannya masing-masing”.
Berdasarkan ayat-ayat tersebut diatas, saya memahami bahwa faktor diri sendiri lebih berpengaruh terhadap pembentukan akhlak seseorang. Lingkungan memang memiliki peran yang tidak bisa dianggap sepele dalam pembentukan akhlak. Namun lingkungan hanya sebatas fasilitas penunjang atau sarana pembelajaran untuk seseorang memilah dan memilih mana yang baik mana yang tidak baik, mana yang patut ditiru mana yang tidak perlu ditiru, serta mana yang perlu diterima mana yang harus ditolak.
Dari fasilitas atau sarana pembelajaran tersebut, semua akan bermuara pada pilihan diri masing-masing pribadi manusia. Alasan itu diperkuat lagi dengan Firman Allah, “Fa alhamaha fujuraha wa taqwaha, yakni maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya (QS. As-Syams 91: 8).
Dari permasalahan ini kita perlu membentengi diri dengan keteguhan IMAN yang sungguh dan sebenar-benarnya. Insya Allah jika bentengnya kuat, maka pengaruh buruk dari sekelilingnya akan dapat terantisipasi, selayaknya susu di dalam perut mamalia yang terletak antara kotoran dan darah namun keluarnya tetap sebagai susu yang murni menyegarkan peminumnya “mim baini fartsiw wa damil labanan khâlishan sâ'ighal lisy-syâribîn (QS. an-Nahl 16:66).
Wallahu A’lam.
Jika seseorang berakhlak baik, maka dia pasti hidup bahagia. Sebaliknya, jika seseorang berakhlak buruk, maka dia pasti hidup sengsara. Setujukah anda dengan pernyataan tersebut? Kemukakan alasan anda!
Tidak begitu saya setujui pada kata “pasti” nya. Dan sepertinya perlu penambahan kalimat lagi pada frasa “hidup bahagia” dan “hidup sengsara” nya. Mungkin dengan kalimat “di dunia” atau “di akhirat” atau “di dunia dan akhirat”.
Alasannya, menurut saya pernyataan pada soal di atas masih ambigu. Karena, urusan bahagia atau sengsara bisa jadi setiap orang akan berbeda interpretasinya. Faktanya jika urusan ini di dunia, maka orang yang bahagia (mungkin juga terlihat seolah-olah seperti bahagia/senang) tidak mesti orang itu berakhlak baik. Begitu pun sebaliknya, yang sengsara (atau mungkin terlihat seolah-olah seperti sengsara/susah) tidak mesti seseorang itu berakhlak buruk. Kehidupan atau kematian di dunia ini sebagai ujian, dan ujiannya itu terkadang dengan keburukan/sengsara/susah, atau juga dengan kebaikan/bahagia/senang (melihat QS. Al-Anbiya 21:35). Apalagi jika membicarakan urusan batinnya, Wallahu A’lam, kembali kepada pribadi masing-masing yang merasakannya.
Jika urusan ini adalah di akhirat, merujuk kepada petunjuk ayat-ayat Allah dan penjelasan sunnah-sunnah Nabi-Nya melalui para pewaritsnya (bukan hasil terawangan sebagaimana anggapan orang-orang yang tidak mempercayai kehidupan akhirat), maka diperoleh keterangan bahwa kebaikan akan dibalas kebaikan berlipat ganda dan keburukan akan memperoleh akibatnya. Sebagaimana Firman Allah QS. Fushshilat 41:46
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهۙ وَمَنْ اَسَاۤءَ فَعَلَيْهَاۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيْدِ
“Siapa yang mengerjakan kebajikan, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan siapa yang berbuat jahat, maka (akibatnya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba(-Nya)”.
Di sini yang saya pahami, akhlak buruk akan membawa pelakunya kepada kesengsaraan. Di akhirat ada “neraka” tempat yang menyengsarakannya. Adapun untuk orang yang berakhlak baik, maka Allah janjikan “surga” tempat yang membahagiakannya. Namun yang menjadi catatan bagi saya khususnya, ternyata tidak semua orang yang di dunia berakhlak baik bisa mendapatkan surga Allah di akhirat kelak (boleh diperiksa QS. Al-Kahf 18:103-106).
Jadi simpulnya, ada suatu syarat yang dituntun oleh Allah untuk kebaikan hidup manusia di dunia maupun di akhirat, yaitu IMAN, sebagaimana Firman Allah QS. An-Nahl 16:97
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّه حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Siapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia seorang mukmin, sungguh, Kami pasti akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang selalu mereka kerjakan”.
“Keteguhan IMAN yang sungguh dan sebenar-benarnya” yang saya sebutkan di soal urutan pertama di atas lagi-lagi menjadi kunci “kebaikan” bagi seseorang (terlepas dari interpretasi bahagia di dunia). Dan tentunya, seseorang yang memiliki keimanan yang benar dalam dirinya, ia akan memilih jalan taqwa dengan cara berakhlak baik.
Wallahu A’lam.
Pembentukan akhlak Islami bagi generasi Muslim adalah persoalan maha penting yang harus diupayakan supaya mereka menjadi generasi yang membanggakan bagi keluarga dan masyarakatnya. Sebutkan tiga cara membentuk akhlak Islami bagi generasi Muslim?
Islam memberi perhatian yang besar terhadap pembinaan akhlak, termasuk cara-caranya. Hubungan antara rukun Iman dan rukun Islam terhadap pembinaan akhlak menunjukkan bahwa pembinaan akhlak yang ditempuh Islam adalah dengan menggunakan cara atau sistem yang terintegrasi, yakni sistem yang menggunakan berbagai sarana peribadatan dan lainnya secara simultan untuk diarahkan pada pembinaan akhlak. Beberapa cara pembinaan untuk membentuk akhlak Islami bagi generasi Muslim diantaranya:
1. Pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu. Dalam hal ini, al-Ghazali menganjurkan agar akhlak diajarkan dengan cara melatih jiwa kepada pekerjaan yang mulia. Jika seseorang menghendaki agar ia menjadi pemurah, maka ia harus dibiasakan melakukan pekerjaan yang bersifat pemurah.
2. Keteladanan. Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, instruksi, dan larangan. Sebab tabi’at jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru mengatakan “kerjakan ini dan jangan kerjakan itu”. Pendidikan itu tidak akan sukses melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata.
3. Senantiasa menganggap diri ini sebagai yang banyak kekurangannya daripada kelebihannya. Jika seseorang menghendaki dirinya berakhlak mulia, hendaknya ia lebih dahulu mengetahui kekurangan dan cacat yang ada dalam dirinya, dan membatasi sejauh mungkin untuk tidak berbuat kesalahan sehingga kecacatannya itu tidak terwujud dalam kenyataan. (Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, cet. 15, edisi revisi (Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2017, hlm. 137-142).
Referensi:
Materi Kuliah Mata Kuliah Akhlak Tasawuf. Dosen Pengampu: Dr. Izzuddin, M.A. PJJ-PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Syekh Nurjati Cirebon. 2024. Pertemuan ke 5 Kegiatan Belajar 4 “Bagaimana Membentuk Akhlak”.
Jawaban di atas bukan hasil kecerdasan buatan, melainkan murni hasil pencarian manual dari berbagai sumber tertera atau di platform digital. Benar atau tidaknya, diluar tanggungjawab penulis. Saran kami, jadikan artikel ini sebagai referensi saja. Jangan sepenuhnya menyalin tanpa dipelajari terlebih dahulu. Lakukan beberapa perubahan di dalamnya seperti; perbaikan kekeliruan pada huruf, periksa kembali konten dan perbaiki apabila ada yang tidak sesuai dengan kaidahnya, sempurnakan konten pada karya Anda dengan menggabung beberapa sumber lain yang terkait.
Semoga bermanfaat dan menjadi berkah.