Akhlak Tasawuf: Tanya Jawab Seputar Akhlak Tasawuf
Beberapa pertanyaan berikut jawabannya tentang akhlak tasawuf. Simak dan tetaplah bersama situs web kami!
TANYA JAWAB
Yogi Triswandani
5/3/20244 min baca
1. Apa yang kamu ketahui tentang Syari’at, Thariqat, Hakikat dan Ma’rifat? Jelaskan!
Syari’at, Thariqat, Hakikat dan Ma’rifat merupakan 4 tingkatan perjalanan spiritual yang umum dalam Islam.
Syari’at adalah undang-undang atau petunjuk yang telah digariskan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist, yang merupakan dasar awal dari suatu jalan untuk menuju kedekatan seseorang kepada Allah SWT.
Thariqat diartikan jalan yang melengkapi ilmu dan amal yang akan menyampaikannya dari jalan syari’at ke tempat hakikat, yang menegakan syari’at dan menyampaikannya kepada hakikat.
Hakikat adalah keadaan salik sampai pada tujuan yaitu Ma’rifat billah dan musyahadati nurit tajali atau terbukanya nur cahaya yang ghaib bagi hati seseorang. Hakikat juga berarti kebenaran sejati dan mutlaq, sebagai ahir dari semua perjalanan, tujuan segala jalan (thariqat).
Ma’rifat diartikan sebagai pengetahuan mengenai tuhan melalui hati sanubari. Pengetahuan itu demikian lengkap dan jelas sehingga jiwanya merasa satu dengan yang diketahuinya itu, yaitu tuhan. Ma’rifah juga adalah ujung perjalanan dari ilmu pengetahuan tentang syari’at dengan ketersediaannya menempuh jalan (thariqah) dalam mencapai hakikat.
Referensi: Makalah. 2024. “Syari’at, Thariqat, Hakikat dan Ma’rifat”. Salwa Zahra Zulfiani Fitriyah. Ahwal Syakhsiyah ISMA Banjar.
2. Jelaskan hubungan antara Ilmu Tasawuf dengan Ilmu yang lain!
Secara umum dapat diketahui bahwa Ilmu Tasawuf sangat berperan penting dalam segala aspek ilmu lainnya. Ilmu Tasawuf dapat menjadi penyempurna kajian ilmu yang terkandung dalam setiap ilmu yang bersangkutan, yang memiliki hubungan dengan akhlak.
Seperti pada Ilmu Kalam ditemukan pembahasan Iman dan defenisinya, kemunafikan dan batasannya. Sementara pada Ilmu Tasawuf ditemukan pembahasan dan metode praktis untuk merasakan keyakinan dan ketentraman. Dalam Ilmu Fiqh, Ilmu Tasawuf berhasil memberikan corak batin terhadap Ilmu Fiqh. Corak batin dimaksud adalah Ikhlas dan Khusyuk berikut jalannya masing-masing. Begitu juga Ilmu Jiwa, dalam pembahasan Ilmu Tasawuf dibicarakan tentang hubungan jiwa dengan badan agar tercipta keserasian diantara keduanya. Dalam Ilmu Pendidikan, Ilmu Tasawuf sangat berperan penting dalam bagaimana seorang Pembimbing/Guru menyalurkan materi yang disampaikannya, berhasil tidaknya selaras dengan Akhlak dari Guru/Pembimbing tersebut.
Referensi: https://bogadri.blogspot.com/2013/12/hubungan-ilmu-tasawuf-dengan-ilmu.html
3. Jelaskan secara singkat sejarah pertumbuhan dan Perkembangan Tasawuf!
a. Pertumbuhan Tasawuf
Jauh sebelum lahirnya agama islam, memang sudah ada ahli mistik yang menghabiskan masa hidupnya dengan mendekatkan diri kepada Tuhannya; antara lain terdapat pada India Kuno yang beragam Hindu maupun Budha. Sebagian beranggapan bahwa tasawuf berasal dari masehi (Kristen), sebagian lagi mengatakan dari unsur Hindu-Budha, Persia, Yunani, Arab, dan sebagainya.
Menurut sejarah, orang yang pertama kali memakai kata “sufi” adalah Abu Hasyim al Kufi (zahid Irak, w. 150). Sedangkan menurut Abdul Qosim Abdul Karim bin Hawazin bin Abdul Malik bin Talha bin Muhammad al Qusyairi (tokoh sufi dari Iran 376-465 H), istilah ”tasawuf” telah dikenal sebelum tahun 200 H. Tetapi ajaran pokok yang selanjutnya merupakan inti tasawuf itu baru muncul secara lengkap pada abad ke-3 Hijriyah. Pada abad ke-2 Hijriyah itu belum diketahui adanya orang-orang yang disebut sufi; yang terlihat adalah aliran Zuhud (penganutnya disebut zahid).
b. Perkembangan Tasawuf
Pada abad pertama dan kedua Hijriyah belum dikenal penyebutan Tasawuf, yang ada adalah para Zahid (ahli zuhud). Pada abad ketiga hijriyyah mulai berkembang pesat, dan pada abad keempat kemajuan ilmu tasawuf lebih pesat lagi. Pada abad kelima hijriyyah
ada pertentangan yang turun-temurun antara Ulama sufi dengan ulama Fiqih sehingga keadaan semakin rawan ketika berkembangnya madzhab Syi’ah ismaa’iliyah.
Pada abad keenam, suasana kemelut antar ulama syariat dengan ulama Tasawuf memburuk. Pada abad ketujuh tercatat dalam sejarah bahwa masa menurunnya gairah masyarakat Islam untuk mempelajari Tasawuf. Pada abad kedelapan Hijriyyah tidak terdengar perkembangannya dan kurang mendapat perhatian sungguh-sungguh dari umat Islam. Pada abad kesembilan, kesepuluh Hijriyyah dan sesudahnya, betul-betul ajaran tasawuf sangat sunyi di dunia islam, artinya nasibnya lebih buruk lagi dari keadaan sebelumnya. Hal ini disebabkan salahsatunya karena faktor adanya penjajah bangsa eropa yang beragama Nasrani ynag menguasai seluruh negeri Islam.
Referensi: https://mugnisulaeman.blogspot.com/2013/11/sejarah-pertumbuhan-dan-perkembangan_23.html
4. Jelaskan nilai-nilai Ilmu Tasawuf!
Nilai-nilai tasawuf yang menjadi ciri seorang sufi diindikasikan pada beberapa sifat, yaitu zuhud, qana'ah, tawakal, sabar, wara', dan ikhlas. Pertama zuhud, orang yang zuhud tidak merasa senang dengan berlimpahruahnya harta dan tidak merasa susah dengan kehilangannya (Amin, 2019). Kedua qana’ah, merupakan sikap rela menerima dan merasa cukup, serta menjauhkan diri dari rasa tidak puas dan perasaan kurang. Ketiga tawakal, bukan sekedar berserah diri kepada Allah SWT (pasrah terhadap takdir) mengenai apa-apa yang akan terjadi dalam kehidupan kita, namun sikap tawakkal kita munculkan ketika kita telah berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan yang kita inginkan (Burga et al., 2019).
Keempat sabar, perilaku sabar tidak ada tolak ukurnya, karena hal ini berkenaan dengan perasaan seseorang dalam menyikapi suatu pemberian Allah, dan hanya Allah yang bisa mengukur seberapa besar kesabaran dari seorang hamba. Kelima wara’, adalah kehati-hatian seseorang dalam bertindak atau melakukan sesuatu meskipun itu halal hukumnya. Apalagi terhadap hal-hal yang syubhat, makruh, terlebih haram (Zahri, 1995). Keenam ikhlas, adalah inti ibadah dan jiwanya. Fungsi ikhlas dalam amal perbuatan sama dengan kedudukan ruh pada jasad kasarnya. Oleh karena itu, mustahil suatu amal ibadah dapat diterima bila tanpa ikhlas sebab kedudukannya sama dengan tubuh yang sudah bernyawa (Marzuki, 2009).
Referensi: Jurnal. Volume 19 (2023). “Internalisasi Nilai-nilai Tasawuf dan Relevansinya terhadap Persoalan Problematis Manusia di Era Modern”. Annisa Nurhaliza. Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi, Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung. https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/
5. Apa perbedaan Akhlak, Moral dan Etika?
Dalam pemahaman yang lebih mendalam, terdapat perbedaan signifikan antara akhlak, moral, dan etika.
a. Definisi dan Sumber Nilai:
· Akhlak: Merupakan sikap dalam diri seseorang yang menjadi kebiasaan dan dapat mengarah pada suatu perbuatan. Akhlak memiliki tolok ukur berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah.
· Etika: Merupakan ilmu yang mempelajari tentang kebaikan dan keburukan dalam kehidupan manusia. Etika bersumber dari pikiran atau akal.
· Moral: Adalah nilai-nilai dan tingkah laku manusia yang dilakukan berdasarkan suatu tindakan. Moral memiliki tolok ukur berupa norma yang hidup dalam masyarakat.
b. Sudut Pandang Penilaiannya:
· Akhlak: Dinilai berdasarkan pola pikir, adat kebiasaan, serta sifat-sifat rohani.
· Etika: Dinilai dari segi ilmu pengetahuan yang bersumber pada adat istiadat.
· Moral: Dinilai berdasarkan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat
c. Implementasi dan Praktis:
· Akhlak: Menjadi pintu gerbang ilmu tasawuf, membantu membersihkan diri.
· Etika: Lebih menekankan pada prinsip atau aturan hidup manusia untuk mengukur martabat dan harkat kemanusiaan.
· Moral: Berada pada dataran praktis dan muncul dalam tingkah laku sehari-hari yang berkembang dalam masyarakat.
Referensi: Makalah. 2024. “Pengertian Akhlak, Moral, dan Etika”. Zahrotul Habibah. Ahwal Syakhsiyah ISMA Banjar.
Jawaban di atas bukan hasil kecerdasan buatan, melainkan murni hasil pencarian manual dari berbagai sumber tertera atau di platform digital. Benar atau tidaknya, diluar tanggungjawab penulis. Saran kami, jadikan artikel ini sebagai referensi saja. Jangan sepenuhnya menyalin tanpa dipelajari terlebih dahulu. Lakukan beberapa perubahan di dalamnya seperti; perbaikan kekeliruan pada huruf, periksa kembali konten dan perbaiki apabila ada yang tidak sesuai dengan kaidahnya, sempurnakan konten pada karya Anda dengan menggabung beberapa sumber lain yang terkait.
Semoga bermanfaat dan menjadi berkah.