Akhlak Tasawuf: Makalah Takhalli, Tahalli, Tajalli
Tasawuf adalah suatu bidang ilmu keislaman untuk memasuki atau menghiasi diri dengan akhlak yang luhur dan keluar dari akhlak yang rendah. Tasawuf juga dapat diartikan sebagai kebebasan, kemuliaan, meninggalkan perasaan terbebani alam setiap melaksanakan perbuatan syara’, dermawan, dan murah hati.
KULIAH
Yogi Triswandani
3/7/20247 min baca
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tasawuf adalah suatu bidang ilmu keislaman untuk memasuki atau menghiasi diri dengan akhlak yang luhur dan keluar dari akhlak yang rendah. Tasawuf juga dapat diartikan sebagai kebebasan, kemuliaan, meninggalkan perasaan terbebani alam setiap melaksanakan perbuatan syara’, dermawan, dan murah hati. Secara garis besar tasawuf terbagi menjadi tasawuf sunni dan tasawuf falsafi. Tasawuf falsafi ialah tasawuf yang ajaran-ajarannya disusun secara kompleks dan mendalam dengan bahasa-bahasa simbolik filosofis. Sementara, tasawuf sunni adalah tasawuf yang didasarkan pada Al-Qur’an dan sunnah. Tasawuf sunni dibagi dalam dua tipe, yaitu tasawuf akhlaqi, dan tasawuf amali.
Di dalam tasawuf akhlaqi, para sufi memandang manusia cenderung mengikuti hawa nafsu. Manusia dikendalikan oleh dorongan-dorongan nafsu pribadi, bukan manusia yang mengendalikan nafsu. Manusia yang sudah dikendalikan oleh nafsu cenderung untuk memiliki rasa keinginan untuk menguasai dunia atau agar berkuasa dunia. Seseorang yang sudah dikendalikan oleh nafsu memiliki kecenderungan memiliki mental yang kurang baik, hubungan dengan Tuhan sebagai hamba Allah kurang harmonis karena waktu yang imili habis untuk mengurus kepentingan duniawi.
Untuk mengembalikan manusia kekondisi yang baik tidak hanya dari aspek lahiriah semata melainkan juga melalui aspek batiniah. Didalam tasawuf proses batiniah itu meliputi tahapan-tahapan. Tujuannya adalah untuk menguasai hawa nafsu dalam rangka pembersihan jiwa agar bisa lebih dekat dengan Allah. Tahapan-tahapan itu adalah takhalli, tahalli, dan tajalli.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian takhalli?
2. Apakah pengertian tahalli?
3. Apakah pengertian tajalli?
C. Tujuan Pembuatan Makalah
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Akhlak Tasawuf dengan tujuan supaya:
1. Penyusun atau pembaca bisa memahami apa yang dimaksud takhalli.
2. Penyusun atau pembaca bisa memahami apa yang dimaksud tahalli.
3. Penyusun atau pembaca bisa memahami apa yang dimaksud tajalli.
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Takhalli
Takhalli itu sendiri ialah mengosongkan diri dari sikap ketergantungan terhadap kelezatan hidup duniawi dengan cara menjauhkan diri dari maksiat dan berusaha menguasai hawa nafsu. takhalli (membersihkan diri dari sifat tercela) oleh sufi di pandang penting karena semua sifat-sifat tercela merupakan dinding-dinding tebal yang membatasi manusia dengan Tuhannya . oleh karena itu, untuk dapat mendalami tasawuf seseorang harus mampu melepaskan diri dari sifat tercela dan mengisinya dengan akhlak-akhlak terpuji untuk dapat memperoleh kebahagiaan yang hakiki.
Takhalli yakni penyucian diri dari sifat-sifat tercela, dari maksiat lahir maupun batin. Diantaranya ialah hasad (dengki), hiqd (rasa mendongkol), su’uzhan (buruk sangka), riya’ (pamer), bukhl (kikir), dan ghadab (pemarah). Dalam hal ini Allah berfirman: “Berbahagialah orang yang mensucikan jiwanya dan rugilah orang yang mengotorinya” (Q.S. Asy-Syams [91]: 9-10).
Takhalli juga berarti menghindarkan diri dari ketergantungan terhadap kelezatan hidup duniawi. Kelompok sufi yang ekstrim berkeyakinan bahwa kehidupan duniawi benar-benar sebagai “racun pembunuh” kelangsungan cita-cita sufi. Oleh karena itu, nafsu duniawi harus dimatikan dari diri manusia agar ia bebas berjalan mencapai kenikmatan yang hakiki. Bagi mereka, mencapai keridhaan Tuhan lebih uatam daripada kenikmatan-kenikmatan materiil. Pengingkaran pada ego dengan meresapkan diri pada kemauan Tuhan adalah perbuatan utama. Dengan demikian nilai moral betul-betul agamis karena setiap tindakan disejajarkan dengan ibadat yang lahir dari motivasi eskatologis.
Selain itu, karena Takhalli adalah tahap penyucian pikiran, jiwa, roh dan jiwa, maka terpancar ke luar dan secara moral mulia dan terpuji. Ada lima metode teknis takhalli. Ini:
a. Dekontaminasi najis, dengan melakukan istinjak secara sah, cermat dan tepat dengan memanfaatkan air atau tanah.
b. Dekontaminasi kotoran, dengan mencuci atau menuangkan air ke seluruh tubuh dengan cara yang baik, hati-hati dan sesuaikan.
c. Saring bersih, dengan strategi mandi dengan air, dan bersihkan dengan cara yang baik, hati-hati dan lurus.
d. Dekontaminasi surga (fitrah) dengan membangun permohonan maaf untuk meminta pengampunan dari Allah swt.
e. Dekontaminasi Yang Maha Suci, dengan dzikir dan gabungkan Allah dengan kalimat bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.
B. Pengertian Tahalli
Tahalli di sini maksudnya adalah menghiasi/mengisi diri dari sifat dan sikap serta perbuatan-perbuatan yang baik. Dengan kata lain, sesudah mengosongkan diri dari sifat yang tercela (takhalli) , maka usaha itu harus berlanjut terus ke tahap tahalli (pengisian jiwa yang telah di kosongkan tadi). Adapun sikap-sikap yang dapat di biasakan ialah sebagai berikut:
· At-taubah
Dalam Kitab Riyadhus Shalihin, syarat taubat itu adalah sebagai berikut:
a. Wajib menghentikan maksiat.
b. Wajib menyesal atas perbuatan yang dikerjakannya.
c. Hasrat yang bersungguh- sungguh tidak mengulangi perbuatan itu kembali serta apabila dosa itu terdapat hubungannya dengan hak manusia.
d. Menuntaskan urusannya dengan orang yang berhak dengan memohon maaf ataupun halalnya ataupun mengembalikan apa yang wajib dikembalikannya.
· Cemas dan harap (khouf dan raja’)
Dengan adanya rasa takut akan menjadi pendorong bagi seseorang untuk meningkatkan pengabdiannya dengan harapan ampunan dan anugerah dari Allah.
· Zuhud
Zuhud ialah melepaskan diri dari kehdupan duniawi dengan mengutamakan kehidupan akhirat. Menurut Prof. Dr. Haidar Putra Daulay mengemukakan bahwa sikap zuhd itu adalah:
a. Menempatkan dunia sebagai implikasi untuk akhirat.
b. Jangan terlalu mensyukuri dunia hingga mengabaikan akhirat.
c. Hidup lurus dalam makanan, pakaian, perumahan, kendaraan dan sebagainya.
d. Kekayaan bukanlah sesuatu yang bisa disyukuri melainkan cara untuk menyembah Allah swt, maka komitmennya terhadap kekayaan dilakukan dengan sah.
· Al-Faqr
Yaitu puas dan bahagia dengan apa yang di miliki.
· Ash-shabru
Al-ghazali membedakan sabar ke dalam beberapa nama , yaitu:
1. Iffah, yaitu ketahanan mental terhadap hawa nafsu perut dan seksual
2. Hilm, yaitu kesanggupan menguasai diri agar tidak marah
3. Qana’ah, yaitu ketabahan hati menerima nasib sebagaimana adanya
4. Saja’ah, yaitu sikap pantang menyerah dalam menghadapi masalah
· Ridha
Adalah menerima dengan lapang dada dan hati terbuka apa saja yang datag dari Allah.
· Muraqabah
Muraqabah bisa di artikan sebagai segala aktivitas yang dilakukan selalu ada perhitungan ,seberapa jauh ia dapat menunaikan kewajiban dan sampai di mana ia telah melakukan pelanggaran hukum Allah.
C. Pengertian Tajalli
Tajalli yaitu terungkapnya nur ghaib untuk hati. Dalam hal ini kaum sufi mendasarkan pendapatnya pada firman Allah: “Allah adalah nur (cahaya) langit dan bumi” (Q.S. An-Nur [24]: 35). Menurut Mustofa Zahri, tajalli diartika sebagai lenyapnya hijab dari sifat-sifat kemanusiaan, tersingkapnya nur yang selama itu ghaib, dan lenyapnya segala sesuatu ketika muncul wajah Allah. Sedangkan menurut Al-Ghazali dalam kitab al-Munqizh min adh-Dhalal, tajalli adalah tersingkapnya hal-hal ghaib yang menjadi pengetahuan kita yang hakiki disebabkan oleh nur yang dipancarkan Allah kedalam hati seseorang. Pengetahuan hakiki tersebut tidak didapat dengan menyusun dalil dan menata argumentasi, tetapi karena nur yang dipancarkan Allah kedalam hati, dan Nur ini merupakan kunci untuk sekian banyak pengetahuan.
Tajalli merupakan tanda-tanda yang Allah tanamkan didalam diri manusia supaya Ia dapat disaksiakan. Setiap tajalli melimpahkan cahaya demi cahaya sehingga seorang yang menerimanya akan tenggelam dalam kebaikan. Jika terjadi perbedaan yang dijumpai dalam berbagai penyingkapan itu tidak menandakan adanya perselisihan diantara guru sufi. Masing-masing manusia unik, oleh karena itu masing-masing tajalli juga unik. Sehingga tidak ada dua orang yang meraskan pengalaman tajalli yang sama. Tajalli melampaui kata-kata. Tajalli adalah ketakjuban.
Al-Jilli membagi tajalli menjadi empat tingkatan, yaitu:
a. Tajalli Af`al, yaitu tajalli Allah pada perbuatan seseorang, artinya segala aktivitasnya itu disertai qudrat-Nya, dan ketika itu dia melihat-Nya.
b. Tajalli Asma`, yaitu lenyapanya seseorang dari dirinya dan bebasnya dari genggaman sifat-sifat kebaruan dan lepasnya dari ikatan tubuh kasarnya. Dalam tingkatan ini tidak ada yang dilihat kecuali hannya dzat Ash Shirfah (hakikat gerakan), bukan melihat asma`.
c. Tajalli sifat, yaitu menerimanya seorang hamba atas sifat-siafat ketuhanan, artinya Tuhan mengambil tempat padanya tanpa hullul dzat-Nya.
d. Tajalli Zat, yaitu apabila Allah menghendaki adanya tajalli atas hamba-Nya yang mem-fana` kan dirinya maka bertempat padanya karunia ketuhanan yang bisa berupa sifat dan bisa pula berupa zat, disitulah terjadi ketunggalan yang sempurna. Dengan fana`nya hamba maka yang baqa` hanyalah Allah.
Sebagai sarana untuk memperdalam rasa ketuhanan, terdapat sebagian teori yang diajarkan sufi, antara lain:
1. Munajat
Secara simpel kata ini memiliki makna melaparkan diri kehadirat Allah swt atas seluruh kegiatan yang dicoba. Dalam munajat itu, di informasikan seluruh keluhan, mengadukan nasib dengan untaian kalimat yang indah seraya menyanjung keagungan Allah swt dengan deraian air mata. Munajat umumnya dicoba dalam atmosfer keheningan malam seusai shalat tahajjud. Pemusatan jiwa dengan sebulat hati yang diiringi deraian air mata, membuat atmosfer munajat itu seolah lagi berhadapan langsung dengan Tuhan. Rasa berhadapan langsung dengan Allah swt, dia memandang Allah swt lewat hatinya yang pastinya dikala bertemu dengan yang dicinta meledaklah seluruh isi hati, berantakan pujian syukur serta sanjungan kebesaran Ilahi, berderai air mata senang. Doa serta air mata seperti itu munajat selaku perwujudan dari rasa cinta kepada Allah swt serta rasa rindu kepada- Nya seolah mau senantiasa bersama tidak mau berpisah dengan- Nya.
2. Zikrul Maut
Salah satu yang senantiasa diulang serta diingatkan oleh Alquran Merupakan kematian yang tentu hendak menemui manusia. Dengan ingat akan mati, nafsu serakah akan terkikis serta akan menumbuhkan rasa ketuhanan yang semakin mendalam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa zikrul maut merupakan kendali bagi diri manusia agar tidak melakukan perbuatan tercela atau dengan akta lain zikrul maut akan berfungsi sebagai alat kontrol terhadap jiwa untuk selalu ingat kepada Allah swt secara terus menerus.
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan langkah-langkah yang harus ditempuh oleh sufi mulai dari Takhalli, Tahalli dan Tajalli beserta unsur-unsurnya seperti yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa menurut sufi, budi pekerti akan mengantarkan manusia kepada kesempurnaan rohani dan menjadi jembatan emas menuju kedekatan kepada Tuhan.
Lebih lanjutnya, Muhammad Hamdani Bakran adz-Dzaky memberikan indikasiindikasi kelahiran baru seseorang dengan beberapa tingkat: Pertama, tingkat maupun fisik. Kedua, tingkat menengah yaitu hadirnya sifat, sikap dan perilaku yang baik. Ketiga, tingkat atas yaitu hadirnya potensi menerima mimpi yang benar, ilham yang benar dan kasysyaf yang benar. Keempat, tingkat kesempurnaan yaitu hadirnya ketiga tingkatan itu ke dalam diri.
Kemudian nur dari yang ghaib merupakan buah dari takhalli dan tahalli. Dalam ilmu tasawuf disebut dengan tajalli, di mana memunculkan eksistensi dan melahirkan karakteristik baru dan ini semata-mata pertolongan Allah swt. Apabila hambanya selalu mendekatkan kepada-Nya, Allah pun akan mendekat pada hambanya, sebaliknya, bila seorang hamba menjauhkan pada Tuhan-Nya, Allah swt pun akan menjauh. Ini bukan berarti Allah swt tidak memiliki sifat rahman dan rahim, akan tetapi etisnya seorang hamba kepada Tuhan-Nya yang telah menciptakan manusia dan alam seisinya.
Sama halnya dengan takhalli dan tahalli yang membutuhkan bimbingan guru atau mursyid. Begitu juga dengan tajalli, menurut penulis tajalli lebih sulit, karena tidak hanya mengosongkan sifat-sifat penyakit hati dan mengisinya dengan sifat-sifat terpuji, melainkan bagaimana seorang salik bisa konsisten dalam menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala larangan-Nya dengan berusaha semaksimal mungkin. Inilah yang barangkali dalam pendidikan tasawuf membutuhkan metode atau cara untuk bisa menyingkap tabir ketuhanan atau nur yang selama ini ghaib dapat terbuka.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat penulis paparkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada khususnya serta khalayak ramai pada umumnya. Kritik dan saran penulis harapkan demi terwujudnya makalah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Putra Daulay, Haidar. Dkk. “Takhalli, Tahalli, dan Tajalli”. PANDAWA: Jurnal Pendidikan dan Dakwah, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2021.
Smartkids Bimbel. “Makalah Tahalli, Tajalli, Takhalli” Diakses pada Senis 4 Maret 2024. https://ulfaazizah68.blogspot.com/2016/03/makalah-tahalli-tajalli-takhalli.html
Saran kami apabila akan digunakan untuk kepentigan karya ilmiah Anda, jadikan artikel ini sebagai referensi saja. Jangan sepenuhnya menyalin tanpa dipelajari terlebih dahulu. Lakukan beberapa perubahan di dalamnya seperti; perbaikan kekeliruan pada huruf, periksa kembali konten dan perbaiki apabila ada yang tidak sesuai dengan kaidahnya, sempurnakan konten pada karya Anda dengan menggabung beberapa sumber lain yang terkait.
Semoga bermanfaat dan menjadi berkah.