Akhlak Tasawuf: Makalah Riyadhoh, Muqorobah, Muroqobah
Keyakinan dan perasaan atas Kehadiran Tuhan akan memberikan kekuatan, kendali, dan kedamaian dalam jiwa seseorang sehingga yang bersangkutan merasa senantiasa berada dalam ruang lingkup Tuhan yang selalu menjadi pegangan hakiki.
KULIAH
Yogi Triswandani
2/26/202415 min baca
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keyakinan dan perasaan atas Kehadiran Tuhan akan memberikan kekuatan, kendali, dan kedamaian dalam jiwa seseorang sehingga yang bersangkutan merasa senantiasa berada dalam ruang lingkup Tuhan yang selalu menjadi pegangan hakiki. Nilai kemanusiaan hanya bisa dipahami ketika semua perilaku lahir dan batin diorientasikan pada Tuhan, dan pada waktu yang bersamaan membawa dampak konkret terhadap peningkatan nilai-nilai kemanusiaan. Singkatnya, manusia tidak bisa lepas dari ketergantungan dengan Tuhan dan keterkaitan dengan manusia lain baik secara individual maupun komunal. Pemahaman seperti ini sesungguhnya berada pada wacana spiritualitas, dan dalam khazanah intelektual Islam disebut ”tasawuf”.
Akhlak merujuk kepada amalan dan tingkah laku tulus yang tidak dibuat-buat yang menjadi kebiasaan. Dalam istilah Islam, akhlak ialah sikap kepribadian manusia terhadap Allah SWT, manusia, diri sendiri, dan makhluk lain, sesuai dengan perintah dan larangan serta petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Ini berarti akhlak merujuk kepada seluruh perilaku manusia baik berbentuk lahiriah maupun batiniyah, yang meliputi aspek amal ibadah, percakapan, perbuatan, pergaulan, komunikasi, kasih sayang, dan sebagainya.
Dalam makalah ini yang di bahas adalah akhlak terhadap Allah SWT., sehingga diharapkan seorang muslim akan menjadi orang yang berakhlak mulia khususnya kepada Allah SWT. Adapun akhlak kepada Allah SWT. yaitu ketaatan dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Seorang muslim hendaknya taat terhadap apa yang diperintahkan oleh Tuhannya. Jadi, akhlak seorang muslim terhadap Allah SWT. yaitu beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini diantaranya adalah:
1. Apa dan bagaimana Riyadhoh?
2. Apa dan bagaimana Muqorobah?
3. Apa dan bagaimana Muroqobah?
C. Tujuan Pembuatan Makalah
Makalah ini dibuat sebagai jawaban atas tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Akhlak Tasawuf. Dari makalah ini diharapkan mendatangkan manfaat bagi penyusun khususnya dan para pembaca umumnya, sehingga:
1. Dapat mengetahui dan memahami tentang Riyadhoh.
2. Dapat mengetahui dan memahami tentang Muqorobah.
3. Dapat mengetahui dan memahami tentang Muroqobah.
4. Dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II. PEMBAHASAN
Setelah mengetahui tentang akhlak dan tasawuf sebagaimana dijelaskan secara singkat dalam latar belakang diatas, selanjutnya pembahasan akan lebih dirincikan secara tekstual dan eksplisit mengenai apa dan bagaimana riyadhoh, muqorobah, dan muroqobah.
A. Riyadhoh
Pengertian Riyadhoh
Riyadhoh adalah melatih diri untuk melakukan ibadah yang konsisten, misalnya ibadah sunnah seperti salat tahajud, salat dhuha, dzikir, dan bersholawat. Secara bahasa, riyadhoh adalah pengajaran dan pelatihan. Sedangkan secara istilah, riyadhoh adalah melakukan amalan spritual untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dalam buku Pengantar Ilmu Tasawuf, Eep Sofwana menjelaskan riyadhoh adalah latihan rohani dengan cara menyendiri untuk melakukan ritual ibadah yang bertujuan menundukkan nafsu syahwat. Sedangkan proses riyadhoh dalam ilmu tasawuf disebut dengan ath-ahriqah.
Riyadhoh atau disiplin asketis atau latihan ke-zuhud-an dipahami oleh Ibnu Arabi sebagai: tahdzibul akhlak(pembinaan akhlak) yaitu tankiyyatuha watathiiruha mimma laa yaliiku biha (penyucian dan pembersihan jiwa dari segala hal yang tidak patut untuk jiwa). Karena itu riyadhoh adalah alat dan bukan tujuan.
Disamping istilah riyadhoh, para ulama Tasawwuf juga menggunakan istilah ‘Mujahadah’. Berbagai macam amalan dan usaha yang harus dikerjakan sebagai latihan (riyadhoh), baik bertalian dengan jiwa atau hati (riyadhotunnafs), semua ini menurut tata cara yang ditentukan didalam gerakan–gerakan sufi yang dinamakan tarekat (ath-ahriqah).
Kehidupan ini acapkali dinamakan mujahadah, yaitu perjuangan dalam batin dan diri sendiri. Jadi jelas antara riyadhoh dan mujahadah sangat berkaitan, karena itu merupakan sarana menunjukkan keta’atan seorang hamba kepada Allah, sebagai wujud keimanan dan ketakwaan kepada-Nya. Di antara perintah Allah SWT kepada manusia adalah untuk selalu berdedikasi dan berkarya secara optimal.
Jenis-jenis Riyadhoh
Dikutip dari buku Tanya Jawab Islam oleh Piss KTB, dalam pendidikan ilmu tasawuf, riyadhoh dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Riyadhoh al-jisim, yakni pendidikan olahraga yang dilakukan melalui gerakan fisik untuk kesehatan jasmani manusia.
2. Riyadhoh al-nafs, yaitu pendidikan olah batin yang dilakukan melalui olah pikir dan olah hati yang bertujuan untuk memperoleh kesadaran dan kualitas rohani.
Riyadhoh al-nafs lebih utama daripada riyadhoh al-jisin. Sebab, jiwalah yang dapat membimbing manusia ke jalan yang benar. Meski begitu, kedua riyadhoh tersebut sama-sama penting karena bertujuan untuk memelihara apa yang telah diberikan oleh Allah Ta’alaa.
Amalan Riyadhoh
Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebut bahwa riyadhoh adalah perihal bertapa dengan mengekang hawa nafsu (memantang berbagai makanan dan sebagainya). Yahya bin Mu’adz sebagai mana dikutip Imam Al- Ghozali menegaskan:“Arriyadhotu ala arba’ati awjuhin: al quutu minatto’am walgomdu minal manam walhajatu minal kalam wal hamlul ada min jamiil anam fayatawalladu min killatit to’am mautussahawati wamin killatil manam shofwul iroodaah wamin killatil kalam assalamatu minal aafat wamin ihtimaalil adaa albulugu ial gooyaat.”
Iman Al-Gazali menyebut empat jalan laku riyadhoh. Empat jalan tersebut berkaitan dengan pengendalian konsumsi makanan, pengurangan jam tidur, pembatasan hasrat untuk bicara di luar kepentingan, dan menelan pahitnya tindakan orang lain yang tidak menyenangkan. Dari kutipan di atas dapat dirincikan amalan riyadhoh dalam ilmu tasawuf memiliki empat macam rukun, yakni:
· Uzlah, artinya mengasingkan diri dari keramaian untuk fokus beribadah
· Diam atau berbicara seperlunya
· Bangun malam untuk beribadah, seperti sholat tahajud dan berdzikir
· Menahan rasa lapar dengan melakukan puasa sunnah
Kunci sukses dari riyadhoh adalah kepasrahan diri, menerima dengan ikhlas, dan lapang dada atas semua yang diberikan sang Khaliq. Riyadhoh berkaitan dengan tiga hal berikut ini:
1. Takhalli (Takholli minal akhlaaqil madzmuumah, lepaskan dirimu dari perangai tercela). Menghapus perbuatan tercela dan dalam mencapai Asmaul Husna, harus ada sifat menghayati, bertobat dengan cara istiqomah dan ikhlas.
2. Tahalli (Tahalli nafsaka bil akhlaaqil mahmuudah, isilah jiwamu dengan akhlaq yang terpuji). Untuk mengisi perbuatan yang terpuji, diantaranya dengan melakukan dzikir dan melakukan sholat-sholat sunnat.
3. Tajalli (Jelaslah Tuhanmu di hadapanmu, maksudnya Allah jelas dalam dzhahir kehidupan jiwa, hijab tersingkap menjelma kasysyaaf.
Demikianlah Takhalli permulaan atau bidaayah dengan melalui tahalli, kemudian kesudahan atau nihaayah (puncaknya) adalah tajalli.
Dikutip dari buku Perdebatan Langit dan Bumi oleh Wawan Susetya, ketika melakukan amalan riyadhoh seorang muslin akan terbiasa mengendalikan hawa nafsu dalam dirinya. Ia akan mampu menjalankan amanah, menyebarkan rahmat dan kebaikan, sehingga Allah akan menurunkan keberkahan pada hidupnya. Selain itu, amalan riyadhoh apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh, maka akan menjaga seorang mukmin dari kesalahan, baik terhadap manusia ataupun makhluk lainnya, terutama kepada Allah SWT.
Allah juga akan menumbuhkan rasa manis terhadap amal ibadah di hati para mukmin. Dengan begitu, mereka akan semakin tekun beribadah karena merasakan nikmatnya salat, puasa, dzikir, dan amalan lainnya. Sebaliknya, jika manusia jauh dari amalan riyadhoh, maka akan terjadi penyimpangan moral dan munculnya perilaku-perilaku tidak baik, contohnya seperti khianat dan perbuatan-perbuatan jahat yang melawan hukum.
Dalil Amalan Riyadhoh
Para ulama thoriqoh mendasarkan riyadhoh atau mujahadah ini pada banyak ayat Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW dan penuturan pengalaman para ulama tasawuf. Dikutip dari Jurnal Riyadhoh Mujahadah dalam Perspektif Kaum Sufi oleh Adnan, ayat Al-Qur’an yang digunakan sebagai dasar amalan riyadhoh adalah surah Al-Maidah ayat 35 yang berbunyi:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَابْتَغُوْٓا اِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ وَجَاهِدُوْا فِيْ سَبِيْلِهٖ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya, agar kamu beruntung.
Selain ayat di atas, terdapat hadits qudsi yang juga menjadi dasar dari amalan riyadhoh. Rasulullah bersabda bahwa Allah Azza wa Jallah berfirman, yang artinya:
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda : sesungguhnya Allah SWT berfirman: “Barang siapa yang memusuhi seorang kekasih-Ku, maka aku menyatakan perang kepadanya. Dan tiada mendekat kepada-Ku seorang hamba-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku senangi dari pada menjalankan sesuatu yang aku wajibkan, dan selalu seorang hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan melakukan sunnat- sunnat, sehingga Aku menyenanginya. Maka apabila Aku telah mengasihi kepadanya tentu Aku-lah yang menjadi pendengarannya yang ia dengarkan dengan itu, dan penglihatannya yang ia lihat dengan itu, dan sebagai tangannya yang ia gunakan, dan sebagai kakinya yang ia jalankan. Apabila ia memohon kepada-Ku pasti Aku ijabah, dan apabila ia memohon perlindungan kepada-Ku maka Aku beri perlindungan. Dan Aku tidak berputar-putar (bolak-balik) dari sesuatu yang Aku lakukannya. Adapun bolak-baliknya Aku dari seorang mu’min adalah ia tidak suka kematian (su’ul khatimah), sedangkan Aku tidak suka memburukkannya.”(H.R. Bukhari).
Urgensi Amalan Riyadhoh
Riyadhoh perlu dilakukan karena ilmu ma’rifat dapat diperoleh melalui upaya melakukan perbuatan kesalehan atau kebaikan yang terus-menerus. Dalam hal ini, riyadhoh berguna untuk menempa tubuh jasmani dan akal budi orang yang melakukan latihan-latihan itu sehingga mampu menangkap dan menerima komunikasi dari alam ghaib transendental. Hal terpenting dari riyadhoh adalah melatih jiwa melepaskan ketergantungan terhadap kelezatan duniawi yang fatamorgana, lalu menghubungkan diri dengan realitas rohani dan Ilahi. Dengan demikian, riyadhoh akan menghantarkan seseorang selalu berada di bawah bayangan yang Maha Qudus.
Urgensi riyadhoh atau mujahadah dikemukakan oleh banyak ulama, diantaranya Abu Ali Addaqoq guru Imam Qusyairi, menyatakan: ”Siapa yang menghiasi lahiriyahnya dengan mujahadah (riyadhoh) maka Allah memperindah batinnya dengan kemampuan musyahadah. Dan ketahuilah bahwa siapa yang pada awalnnya tidak mujahadah (riyadhoh), maka ia tidak akan mencicipi semerbak aroma wangi dalam thoriqoh.” Abu Ali Addaqqoq mengungkapkan dengan kalimat ”Harokatudz dzowahir tujibu barokatus sarooir” (gerakan tubuh lahiriyyah menghasilkan keberkahan pada jiwa).
Manfaat Riyadhoh
Setelah mengetahui jenis-jenis dari riyadhoh, berikut ini terdapat beberapa manfaat riyadhoh. Apabila seseorang istiqomah mengamalkan riyadhoh dalam waktu 40 hari, maka ia akan memperoleh beberapa manfaat di bawah ini:
· Membangun kebiasaan baru.
· Melatih diri untuk menghapal surah dengan mudah.
· Membangun komunikasi dengan Al-Qur’an.
· Sebagai magnet untuk melakukan kebaikan lainnya.
· Hati menjadi tenang.
· Hajat terkabul.
B. Muqorobah
Pengertian Muqorobah
Secara bahasa muqorobah berarti saling berdekatan (bina musyarakah) dari kata-kata qooraba-yuqooribu-muqoorobah. Dalam pengertian ini, maksudnya adalah usaha-usaha seorang hamba untuk selalu berdekatan dengan Allah SWT., yakni saling berdekatan antara hamba dan Tuhannya. Upaya-upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. ini harus diiringi dengan nilai-nilai keikhlasan dan kesungguhan untuk mencapai ridha-Nya.
Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Musa AS dengan firman-Nya:
”Wahai Musa, jika Anda menginginkan Aku lebih dekat kepadamu dari pembicaraan dengan lidahmu, dan dari bisikan hati menuju hatimu, ruh dengan badanmu, sinar penglihatan dengan matamu, dan pendengaran dengan telingamu maka perbanyaklah membaca sholawat atas Nabi Muhammad SAW.”
Amalan Muqorobah
Orang-orang yang sholih selalu berusaha untuk ber-taqorrub dengan Allah SWT. Salahsatu cara yang terbaik dalam mencapai martabat kedekatan kepada Allah SWT. ialah dengan tafakkur (meditasi). Amalan ini sungguh sangat bermanfaat dalam rangka merenungi ayat-ayat Allah baik yang tersurat atau pun yang tersirat (kauniyah).
Menurut Syekh Abdul Qadir al-Jailani, bahwa ada tiga perkara tentang tafakkur (meditasi) ini; Pertama, barang siapa ber-tafakkur tentang sesuatu hal dan menyelidiki sebabnya, maka ia akan mendapat setiap bagian dari hal itu mempunyai banyak bagiannya yang lain pula, dan setiap bagian itu menerbitkan banyak lagi hal-hal yang lain. Inilah tafakkur yang nilainya setahun ibadat. Kedua, barang siapa ber-tafakkur tentang ibadatnya dan mencari sebabnya serta mengenal sebab itu, maka tafakkur-nya itu bernilai tujuh puluh tahun ibadat. Ketiga, barang siapa yang tafakur tentang mengenal Allah SWT. denga ‘azam yang kuat untuk mengenal-Nya, maka tafakkur-nya itu bernilai seribu tahun ibadat. Inilah ilmu hakiki.
Taqorrub atau al-qurb diindikasikan dengan kedekatan hamba dalam ta’atnya dan disiplin waktu dalam ibadah-ibadahnya. Kedekatan hamba kepada Tuhannya, mula-mula dengan iman dan pembenarannya. Kemudian kedekatannya melalui ihsan dan hakikat-nya. Sedangkan kedekatan Al-Haq saat di dunia ini didapati melalui ke-ma’rifatan.
Menurut Imam al-Qusyairi menyebutkan,bahwa kedekatan hamba kepada Allah SWT. tidak akan terwujud kecuali menjauhnya hamba dari makhluk. Predikat ini ada dalam hati, bukan hukum-hukum fiskal lahiriyah dan alam.
Dalil, Urgensi, dan Manfaat Amalan Muqorobah
Sama halnya dengan riyadhoh, muqorobah adalah alat atau cara untuk mendapatkan ridho Allah SWT. Dengan demikian, dalil yang menjadi landasan amal muqorobah, urgensi dan manfaatnya pun adalah sama dengan amalan riyadhoh, karena pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu sebagai bukti ketaqwaan kepada Allah SWT agar digolongkan kedalam golongan orang yang beruntung baik di dunia, terutama di akhirat kelak.
Begitu pun dengan muroqobah, inti tujuannya adalah sama. Sehingga dapat dikatakan bahwa riyadhoh, muqorobah, dan muroqobah adalah suatu cara atau alat yang saling berhubungan satu sama lain dalam rangka meraih ridho dan pertolongan-Nya.
C. Muroqobah
Pengertian Muroqobah
Muroqobah dalam makna harfiah berarti awas mengawasi atau saling mengawasi (dalam Ilmu Shorof dalam kategori bina musyarokah). Secara bahasa muroqobah mengandung makna senantiasa mengamat-amati tujuan atau menantikan sesuatu dengan penuh perhatian (mawas diri). Sedangkan menurut terminologi berarti melestarikan pengamatan kepada Allah SWT. dengan hatinya dalam arti terus menerus kesadaran seorang hamba atas pengawasan Allah SWT. terhadap semua keadaannya. Sehingga manusia mengamati pekerjaan dan hukum-hukum-Nya dengan penuh perasaan (melekat) kepada Allah SWT.
Dalam pandangan Imam al-Qusyairy, muroqobah ialah: “keadaan/kesadaran seseorang meyakini sepenuh hati bahwa Allah selalu melihat dan mengawasi kita. Tuhan mengetahui seluruh gerak-gerik kita dan bahkan segala yang terlintas dalam hati diketahui Allah.”
Oleh karena itu orang yang sudah ber-muroqobah dengan Allah dalam hatinya maka dirinya akan terhindar dari berbuat dosa secara kesadaran. Hal ini mengandung makna bahwa orang yang selalu ber-muraqabah kepada Allah SWT., pasti ia tidak mengerjakan dosa lagi, karena Allah telah menjauhkannya dari perbuatan dosa. Berbeda dengan orang munafik, ia takut diawasi orang lain, jadi kalau tidak dilihat orang maka ia berani berbuat dosa.
Sebagaimana dalam khalwat yang tujuannya adalah untuk selalu menghadirkan hati dengan Allah SWT., maka dalam muroqobah merasa selalu dalam pengawasan Allah SWT. Dalam kaitan ini, orang yang tidak ber-muraqabahdengan Allah, tidaklah ia mempunyai pengawal kepada kebenarannya, dan pengawal yang ada pada dirinya hanyalah syaithan yang menjerumuskannya kepada perbuatan makshiyat dan perbuatan dosa.
Sikap muraqabah akan menghadirkan kesadaran pada diri dan jiwa seseorang bahwa ia selalu diawasi dan dilihat oleh Allah Swt disetiap waktu dan dalam setiap kondisi apapun. Sehingga dengan adanya kesadaran ini seseorang akan meneliti apa-apa yang mereka telah lakukan dalam kehidupan sehari-hari, apakah sudah sesuai dengan kehendak Allah SWT., ataukah malah menyimpang dari apa yang Allah tentukan. Jika sikap mental muqorobah sudah tertanam dalam kesadaran dan selalu melihat Allah dengan hatinya dan ia sadar bahwa Allah selalu memandangnya dengan penuh perhatian, maka seseorang tersebut akan semakin yakin untuk mengamalkan dan melakukan apa-apa yang diridhai Allah SWT., sehigga batinnya akan semakin terbuka untuk dapat mendekatkan diri pada Allah SWT., dan tujuan menjadi Insan Kamil akan terwujud.
Macam-Macam Muroqobah
Syeikh Ahmad Khatib Syambas ibnu Abdul Ghaffar Ra. pendiri Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah dalam kitab Fathul 'Arifin mengatakan bahwa muroqobah itu ada 20, yaitu:
1) Muroqobah Ahadiyah
Muroqobah Ahadiyah yaitu, mengingat Allah SWT. dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengawasi dalam Dzat, Sifat, dan Af’al-Nya, dan mengingat sifat Kamal, Muhal, dan Naqis-Nya Allah SWT. Kegunaan dari muroqobah ini adalah berharap akan memperoleh anugerah keutamaan Allah dari arah yang enam (atas, bawah, depan, belakang, kanan, dan kiri) dari sifat Jaiz Allah SWT.
2) Muroqobah Ma’iyyah
Muroqobah Ma’iyyah yaitu, mengingat Allah SWT. dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai atau mengawasi akan besertanya Allah SWT. didalam setiap bagian-bagian dalam diri kita yang bersifat maknawi (tidak biasa dilihat adanya beserta Allah SWT. dalam diri kita). Kegunaan dari muroqobah Ma’iyyah adalah berharap akan memperoleh anugerah keutamaan Allah dari arah yang enam (atas, bawah, depan, belakang, kanan, dan kiri) dari sifat Jaiz Allah SWT.
3) Muroqobah Aqrabiyyah
Muraqobah Aqrabiyyah yaitu mengawasi atau mengintai-intai sesungguhnya Allah SWT. itu lebih dekat kepada kita dibandingkan pendengaran kuping kita, penglihatan mata kita, penciuman hidung kita, perasa lidah kita, dan pikiran hati kita. Dalam arti Allah itu lebih dekat dibandingkan dengan seluruh anggota tubuh kita yang bersifat maknawi di dalam laut. Kegunaan dari muroqobah Aqrabiyyah adalah mengharapkan anugerah Allah kepada halus-halusnya otak yang berhubungan dengan lathaif (alam al amri adalah ijazah guru kepada murid). Mengingat alam yang berada di atas, seperti langit lapis tujuh beserta isi-isinya (bulan, matahari, bintang, mega, dll.), alam yang berada di bawah, seperti bumi yang lapis tujuh beserta isi-isinya (lautan, gunung, pepohonan, daun-daunan, tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam, dll.).
4) Muroqobah al-Mahabbah fi al-Daerah al-Ula
Muroqobah al-Mahabbah fi al-Daerah al-Ula yaitu mengingat Allah SWT. dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengawasi akan kecintaan Allah SWT kepada makhluk-Nya yang beriman dengan menganugerahkan ridha dan pahala kepadanya, dan kecintaan makhluk-Nya yang beriman kepada Allah dengan bersungguh-sungguh dalam beribadah mendekatkan diri kepada-Nya didalam maqam yang pertama, serta mengingat kepada keabadian Allah yang tidak berujung. Kegunaan muroqobah al- mahabbah fi al-daerah al-ula adalah berharap akan anugerah Allah kepada lathif nafs (halusnya adalah otak yang terletak ditengah tengah kedua belah mata dan kedua belah alis).
5) Muraqabah al-Mahabbah fi al-Daerah al-Tsaniyyah
Yaitu mengingat Allah SWT. dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengawasi akan kecintaan Allah SWT. kepada makhluk-Nya yang beriman dengan menganugerahkan ridha dan pahala kepada-Nya, dan kecintaan makhluk-Nya yang beriman kepada Allah dengan bersungguh-sungguh dalam beribadah mendekatkan diri kepada-Nya didalam maqam yang kedua, serta mengingat-ingat Sifat Allah yang ma’ani dan ma’nawiyyah. Manfaat muroqobah al-Mahabbah fi al-Daerah al-Tsaniyyah adalah berharap akan anugerah Allah kepada lathaif nafs.
6) Muroqobah al-Mahabbah fi al-Daerah al-Qausi
Yaitu mengingat Allah SWT. dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengawasi akan kecintaan Allah SWT kepada makhluk-Nya yang beriman dengan menganugerahkan ridha dan pahala kepada-Nya, dan kecintaan makhluk-Nya yang beriman kepada Allah dengan bersungguh-sungguh dalam beribadah mendekatkan diri kepada-Nya didalam maqam yang lebih dekat yang dipribahasakan dengan kadar se- bendera (isyarat kepada hal yang dekat sekali). Kegunaan muroqobah al-Mahabbah fi al-Daerah al-Tsaniyyah adalah berharap akan anugerah Allah kepada lathaif nafs.
7) Muroqobah Wilayah al-‘Ulya
Yaitu mengingat Allah SWT. dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengawasi yang menjadikan wilayah Malaikat AS. Manfaat muroqobah wilayah al-ulya adalah unsur tiga yang ada pada manusia yaitu air, api, dan angin.
8) Muroqobah Kamalat al-Nubbuwwah
Yaitu mengingat Allah SWT. dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengawasi yang menjadikan kesempurnaan sifat kenabian. Manfaat muroqobah Kamalat al-Nubbuwwah adalah unsur tanah pada manusia.
9) Muroqobah Kamalat al-Risalah
Yaitu mengingat Allah SWT. dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi yang menjadikan kesempurnaan sifat para Rasul. Manfaat muroqobah Kamalat al-Risalah adalah sifat Wahdaniyyah.
10) Muroqobah Uli al-‘Azmi
Yaitu mengingat Allah SWT. dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi yang telah menjadikan Rasul dengan title ulil ‘azmi, yaitu Nabi Muhammad SAW, Nabi Ibrahim AS, Nabi Musa AS, Nabi isa, nabi Nuh AS. Manfaat dari muroqobah Uli al-‘Azmi adalah sifat Wahdaniyyah.
11) Muroqobah al-Mahabbah fi-Daerah al-Khullah wahiya Haqiqat Ibrahim ‘alaihi al-Salam
Yaitu mengingat Allah SWT. dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengawasi yang telah menjadikan Nabi Ibrahim yang mempunyai pangkat kholilullah (kekasih Allah). Kegunaan dari muroqobah al-Mahabbah fi-Daerah al-Khullah wahiya Haqiqat Ibrahim ‘alaihi al-Salam adalah sifat Wahdaniyyah.
12) Muroqobah Daerah al-Mahabbah al-Shirfah wahiya haiqaqat Syaidina Musa ‘Alaihi al-Salam
Yaitu mengingat Allah SWT. dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi yang mulus, yang memberikan kasih sayang kepada Nabi Musa AS yang mempunyai gelar Kalimillah. Kegunaan dari muroqobah Daerah al-Mahabbah al-Shirfah wahiya haiqaqat Syaidina Musa ‘Alaihi al-Salam adalah Wahdaniyyah.
13) Muroqobah al-Dzatiyyah al-Mumtazijah bi al-Mahabbah wahiya haqiqat al-Muhammadiyyah
Yaitu, mengingat Allah SWT. dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi yang menjadikan hakikatnya Nabi Muhammad SAW menjadi kekasih yang utama serta sifat belas asih. Manfaat dari muroqobah al- Datiyyah bi al-Murabbah wahiya haqiqat al-Muhammadiyah adalah wahdaniyyah.
14) Muroqobah al-Mahbubiyyah al-Shirfah wahiya haqiqat al-Ahmadiyyah
Yaitu mengingat Allah SWT. dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengawasi yang menjadikan hakikatnya Nabi Ahmad yang mempunyai sifat yang belas asih dan lembut. Kegunaan muroqobah al-Mahbubiyyah al-Shirfah wahiya haqiqat al-Ahmadiyyah adalah Wahdaniyyah.
15) Muroqobah al-Hubbi al-Shirfi
Yaitu mengingat Allah SWT. dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengawasi yang mulus mengasihi orang-orang mukmin yang mencintai Allah, para Malaikat, para Rasul, Nabi, Ulama, dan semua saudara-saudara yang beragama satu (Islam). Kegunaan muroqobah al-Hubbi al-Shirfi adalah Sifat Wahdaniyyah .
16) Muroqobah Laa Ta’yin
Yaitu mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengawasi yang tidak bisa dinyatakan dengan Dzat-Nya dan tidak ada makhluk baik itu Malaikat muqarrabin, Para Nabi dan Rasul yang dapat menemukan Zat-Nya.
17) Muroqobah Haqiqat al-Ka’bah
Yaitu mengingat Allah SWT. dengan i’tikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengawasi yang telah menjadikan Ka’bah menjadi tempat sujud para mumkinaat kepada Allah SWT. Kegunaan muroqobah Haqiqat al-Ka’bah adalah Wahdaniyya.
18) Muroqobah Haqiqat al-Qur’an
Yaitu mengingat Allah SWT. dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengawasi yang menjadikan hakikatnya Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dinilai ibadah membacanya, menjadi dakwah dengan ayat yang paling pendek sekalipun.
19) Muroqobah Haqiqat al-Shalat
Yaitu mengingat Allah SWT. dengan i’tikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengawasi yang telah mewajibkan kepada hamba-hambaNya untuk mengerjakan shalat wajib lima waktu, yang mengandung beberapa ucapan dan gerakan, dimulai dari takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam dengan beberapa syarat, rukun, tata caranya, menjauhi beberapa hal yang bias membatalkan shalat, menjaga waktunya, disertai dengan khudu’ dan khusu’.
20) Muroqobah Daerah al-Ma’budiyyah al-Shirfah
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan i’tikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengawasi yang berhak untuk disembah oleh makhluk-Nya dengan tulus ikhlas karena Dzat-Nya.
Tingkatan Muroqobah
1. Muroqobatul Qalbi, kalbunya selalu waspada dan selalu diperingatkan agar tidak keluar dari kebersamaannya dengan Allah.
2. Muroqobatul Ruhi, kewaspadaan dan peringatan terhadap Ruh, agar selalu dalam pengawasan dan pengintaian Allah.
3. Muroqobatus Sirri, kewaspadaan dan peringatan terhadap “sirr” agar selalu meningkatkan amal ibadahnya dan memperbaiki perilakunya.
Dalil Muroqobah
Dalil tentang muroqobah terdapat dalam banyak ayat-ayat Al-Qur’an, salahsatunya surat Asy-Syuara’ ayat 218-219, yang artinya:
“ Yang melihat engkau ketika engkau berdiri (untuk sholat)”, dan (melihat) perubahan gerakan badanmu diantara orang-orang yang sujud”.
Ayat ini menyebutkan bahwa Allah mengetahui setiap gerakan salat yang dilakukan oleh hambaNya mulai dari berdiri hingga sujud. Ayat ini menyatakan bahwa Allah itu maha melihat. Kemampuan pengawasan Allah juga disebutkan dalam Surah Ali Imran ayat 5. Dalam ayat ini disebutkanbahwa Allah dapat melihat segala hal yang tersembunyi di Bumi maupun di langit. Penegasan kemampuan pengawasan Allah disebutkan pada Surah Al-Fajr ayat 14.
Dalam sebuah Hadits Qudsi Allah berfirman:
“Hai hambaku, jadikanlah Aku tempat perhatianmu, niscaya Aku penuhi pula perhatianmu itu. Dimana Aku ada karena kemauanmu, maka engkau itu berada di tempat jauh dari Ku. Dimana kamu berada karena kehendakKu (Allah) maka engkau itu berada di dekat Aku. Maka pilihlah mana yang lebih baik pada dirimu!”
Dalil-dalil di atas menunjukkan bahwa setiap amal manusia tidak akan terlepas dari monitor Allah SWT. Oleh karena itu, agar kita mencapai derajat taqwa dalam setiap amal yang kita lakukan mesti dibarengi dengan keyakinan bahwa Allah selalu memonitor, memperhatikan, dan mengawasi dalam segala ucapan, perbuatan, dan amal tingkah laku kita
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Salahsatu upaya yang dapat dilakukan manusia untuk memantaskan diri supaya bisa meraih ridho Allah SWT. adalah dengan berakhlak tasawuf kepada Allah. Dan Merupakan bagian dari akhlak tasawuf diantaranya ialah riyadhoh, muqorobah, dan muroqobah. Ketiga bagian ini adalah alat atau cara yang saling berhubungan satu sama lain agar manusia diberi keberuntungan oleh Allah SWT. baik di dunia maupun terlebih di akhirat.
Riyadhoh maksudnya melakukan pembiasaan melatih diri dengan amalan-amalan spiritual yang sifatnya menundukan nafsu syahwat, muqorobah maksudnya adalah usaha-usaha seorang hamba untuk menjalin kedekatan dengan Allah SWT., dan muroqobah maksudnya adalah memiliki perasaan selalu diperhatikan, diawasi, atau merasa selalu ada dalam pengawasan Allah SWT. Jika diibaratkan dengan bahasa lain, mungkin bisa dikatakan riyadhoh itu memantaskan diri, muqorobah itu melakukan pendekatan, dan muroqobah itu mencari perhatian.
Banyak amalan-amalan spiritual di dalamnya yang perlu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dan tentu berdasarkan dalil baik dari ayat Al-Qur’an, hadits, maupun perkataan para ulama terkait metode meraih ridho Allah SWT. tersebut, sehingga jelas memiliki urgensi dan manfaat yang luar biasa.
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun maupun pembaca sekalian. Penyusun menyadari jika dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan serta jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penyusun terbuka hati menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun, guna perbaikan kedepannya.
Sedikit pengetahuan yang disampaikan semoga besar manfaatnya, dan bisa berguna untuk pengembangan spiritual diri, sehingga apa yang diharapkan bisa dengan mudah didapatkan dan juga membahagiakan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. “Riyadhoh, Muqorobah, dan Muroqobah”. Makalah, UIN Raden Intan Lampung, TT.
Sawitri, Ratni Dewi. “Riyadhoh: Pengertian, Jenis, dan Manfaatnya”. Diakses pada Rabu 28 Februari 2024. https://parboaboa.com/riyadhoh-adalah
Saran kami apabila akan digunakan untuk kepentigan karya ilmiah Anda, jadikan artikel ini sebagai referensi saja. Jangan sepenuhnya menyalin tanpa dipelajari terlebih dahulu. Lakukan beberapa perubahan di dalamnya seperti; perbaikan kekeliruan pada huruf, periksa kembali konten dan perbaiki apabila ada yang tidak sesuai dengan kaidahnya, sempurnakan konten pada karya Anda dengan menggabung beberapa sumber lain yang terkait.
Semoga bermanfaat dan menjadi berkah.